Daerah Pengalaman Dakwah di Pulau Dewata (1)

Memantapkan Keyakinan di Kampung Jawa

Rab, 18 Juli 2018 | 13:30 WIB

Surabaya, NU Online
Berbagai pengalaman menarik dikisahkan Ustadz Fathul Qodier yang melakukan kegiatan di kawasan Denpasar Bali. Sejumlah kisah disampaikan dalam tiga tulisan berikut ini.

Awalnya alumnus Pesantren Lirboyo Kediri tersebut diundang mengisi ceramah halal bi halal sekaligus dialog keaswajaan dan diskusi terkait masalah Nahdlatul Ulama. Penyelenggaranya adalah Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama Dauh Puri Kaja bersama Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Denpasar, Bali, Sabtu (14/7). 

“Kegiatan berlangsung di Mushalla Pesantren Darunnajah Al-Mas'udiyyah, Wanasari, Denpasar Utara yang populer dengan sebutan Kampung Jawa,” katanya, Rabu (18/7). Sebutan itu lantaran daerah tersebut merupakan basis Islam dan NU. 

Kala itu seluruh pengurus dan aktivis NU sekitar wilayah Denpasar diundang. “Mulai pengurus cabang, Banom seperti Muslimat dan Fatayat NU, Ansor, Banser, hingga Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau PMII,” ungkapnya. 

Usai acara, dirinya didekati oleh Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Denpasar yang baru, H Pujianto. Ia mengatakan sembari berbisik agar berkenan hadir besok siangnya pada acara halal bi halal dan taaruf PCNU yang baru. “Dan saya diminta untuk mengisi ceramah khususnya berkaitan dengan materi keaswajaan dan seputar NU,” ungkap tim narasumber Pimpinan Wilayah Aswaja NU Center Jatim ini. 

Singkat cerita, di hadapan para jamaah yang kebetulan juga dihadiri masyarakat sekitar, materi yang disampaikan alumnus pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tersebut seputar halal bi halal. 

“Mulai dari latar belakang sejarah muncul istilah tersebut dan penggagasnya yakni Bung Karno dan KH Abdul Wahab Hasbullah,” katanya. Pada kesempatan tersebut juga dilanjutkan dengan pembahasan bahwa halal bi halal sebagai pengejawantahan syariat Islam khususnya berkaitan dengan silaturahim dan media rekonsiliasi sosial, lanjutnya.

Untuk meyakinkan hadirin, diuraikan pula beberapa dalil baik dari Al-Qur'an dan Assunnah. “Halal bi halal adalah kegiatan sosial keagamaan yang murni produk ulama Nusantara,” jelasnya. Hal tersebut juga berlaku sebagaimana tahlilan, istighotsah, peringatan muharram, maulid Nabi, nuzulul Qur'an, ngapati kehamilan, mitoni, acara kirim doa kematian dan tradisi lain yang populer dilakukan warga NU dan mayoritas umat Islam Indonesia, lanjutnya. 

Menurut Ustadz Ustadz Fathul Qodier, tradisi halal bi halal dan kegiatan yang jamak dilakukan warga NU adalah buah kecerdasan ulama Nusantara dalam mendialogkan nash syariat dengan realitas sosial. “Sehingga berhasil menjadi problem solving atas kebuntuan komunikasi antarmasyarakat,” jelasnya. (Rof Maulana/Ibnu Nawawi)