Menulusuri Makam Ki Ageng Henis, Ulama Keraton Pajang
Sabtu, 18 Maret 2017 | 20:01 WIB
Di Kota Surakarta, Jawa Tengah, terdapat sebuah daerah bernama Pajang. Kelurahan yang terletak di wilayah Kecamatan Laweyan tersebut, disinyalir pernah menjadi salah satu bagian dari Kerajaan Pajang. Hal ini terdapat sebuah kompleks pemakaman para keluarga Keraton Pajang.
Kamis (16/3) lalu, NU Online menelusuri jejak-jejak penyebaran agama Islam di wilayah tersebut. Titik awal penelusuran kami mulai dari sebuah masjid yang terletak di di tepi Sungai Jenes di kawasan Kampung Batik Laweyan.
Konon, masjid ini usianya lebih tua daripada Masjid Agung Surakarta. Masjid yang kini dikenal dengan nama Masjid Laweyan itu didirikan pada tahun 1546, sedangkan Masjid Agung Surakarta baru berdiri pada tahun 1763.
Di sebelah barat masjid, terletak sebuah kompleks makam. Untuk memasukinya, kita mesti melewati dua pintu utama berukuran tiga meter, yang terletak di Selatan masjid. Pintu kayu yang telah berusia ratusan tahun tersebut memang seringkali ditutup supaya lokasi pemakaman selalu terjaga.
Pada tembok di pintu pertama, terdapat sebuah tulisan dengan huruf kapital "PASAREYAN DALEM KYAI AGENG HENIS LAWEYAN". Di dekatnya terdapat pula tanda bahwa lokasi tersebut termasuk Cagar Budaya
Tiba di makam, kami disambut juru kunci makam Ki Ageng Henis, Ardiyanto. “Ki Ageng Henis ini putra dari Ki Ageng Sela, serta ayah dari Ki Ageng Pemanahan,” terangnya.
Ajarkan Membatik
Ki Ageng Henis memiliki berjasa dalam mengajarkan agama Islam, di lingkup daerah Kerajaan Pajang dan sekitarnya. Tak hanya itu, Ki Ageng Henis pula yang mengajarkan warga setempat teknik membatik. Sehingga, kelak Laweyan dikenal sebagai pusat produksi batik.
Makam Ki Ageng Henis, letaknya dibangunkan agak tinggi dibanding makam-makam lain yang ada di kompleks pemakaman tersebut. Meski demikian, makam atas tersebut juga terdapat dua makam lain yang letaknya mengapit makam Ki Ageng Henis, yakni makam Nyai Ageng Pati (kanan) dan Nyai Ageng Pandanaran (kiri).
“Untuk keluarga keraton Pajang, berada di kompleks ini. Memang terpisah dengan kompleks pemakaman lain yang juga didaerah ini,” terang Ardiyanto.
Ditambahkan Ardiyanto, para peziarah banyak yang datang ke makam tersebut, khususnya pada malam Jumat. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
Arus Komunikasi di Indonesia Terdampak Badai Magnet Kuat yang Terjang Bumi
2
PBNU Nonaktifkan Pengurus di Semua Tingkatan yang Jadi Peserta Aktif Pilkada 2024
3
Pergunu: Literasi di Medsos Perlu Diimbangi Narasi Positif tentang Pesantren
4
Kopdarnas 7 AIS Nusantara Berdayakan Peran Santri di Era Digital
5
Cerita Muhammad, Santri Programmer yang Raih Beasiswa Global dari Oracle
6
BWI Kelola Wakaf untuk Bantu Realisasi Program Pemerintah
Terkini
Lihat Semua