Daerah TRADISI SEKATEN

Mulai dari Kinang Hingga Telur Kamal, Ini Filosofinya

Sel, 13 Desember 2016 | 21:00 WIB

Solo, NU Online
Setiap diadakannya Tradisi Sekaten yang diadakan di Kota Surakarta, para pengunjung tentu tidak asing dengan beberapa benda sebagai berikut, yakni; kinang, pecut (cambuk), mainan gangsingan, celengan, dan telur.

Benda-benda ini, menurut Tafsir Anom K.R.T. Muhammad Muhtarom, memiliki filosofi tersendiri. Kinang misalnya, benda yang terdiri dari 5 unsur ini sebagai pembelajaran seseorang harus melaksanakan 5 rukun Islam.

“Dalam kinang bila hanya menggunakan 3 unsur kinang maka sudah enak yang artinya bila kita mampu melaksanakan 3 rukun islam; syahadat, sholat dan puasa maka sudah baik. Sedangkan, dua unsur lainnya, zakat dan haji menjadi penyempurna, bila ada kemampuan,” terang Muhtarom yang juga Ketua MWCNU Pasar Kliwon itu, Selasa (13/12).

Sementara itu, pecut memiliki makna bahwa kita harus berupaya mecut (mencambuk) hawa nafsu. “Artinya mampu mengendalikan hawa nafsu, agar hidupnya selamat terarah,” kata dia.

Kemudian, gangsingan yang artinya istiqamah. Ketika gangsingan diputar dengan putaran yang sangat kencang maka gerakan gangsingan akan stabil dan celengan, bermakna agar banyak menabung amal shalih.

“Hidup di dunia ini pada hakikatnya permainan belaka diibaratkan dengan simbol berbagai dolanan (mainan). Ketika kita kita bisa mengambil nilai-nilai di atas maka hidup kita akan mencapai kesempurnaan maka dilambangkan dengan endok (telur) kamal,” pungkasnya. (Ajie Najmuddin/Fathoni)