Mimika, NU Online
Kemeriahan peringatan hari lahir ke-73 Muslimat Nahdlatul Ulama dan Isra’ Mi’raj 1440 di lapangan Jayanti, Sempan, Mimika, Papua sangat terasa. Ratusan warga pada Ahad (7/4) khususnya muslimat dan anak-anak hadir dari berbagai lokasi, seperti Mwuare, Kadun Jaya, Wonosari Jaya, Wanagon, Timika Jaya dan sebagainya.
Acara diprakarsai sejumlah ibu muslimat jamaah Istighatsah An-Nahdliyah Mimika yang sangat antusias dalam menggelorakan dakwah dan syiar Aswaja di Bumi Amungsa. Berbagai pertunjukan disajikan di atas panggung utama, seperti tampilan shalawat muslimat An-Nur Soponyon, Muslimat Ghaziyatun Nisa KKJB, tari Linda Buton Laporo, Pagar Nusa Mimika, dan Mafia Shalawat.
Kiai Choirul Anam saat menyampaikan ceramah Isra’ Mi’raj mengingatkan warga Nahdlatul Ulama atau nahdliyin akan perjuangan para muassis atau pendiri jamiyah dalam berkhidmat.
"Selain sebagai pengasuh Pondok Pesantren (Bahrul Ulum, red) Tambakberas, Mbah Wahab (KH Abd Wahab Chasbullah, red) juga petani yang punya tanah luas dan penggarapannya diserahkan ke pembantunya,” katanya. Dalam setiap hajatan NU selalu menyerahkan hasil panen untuk kebutuhan acara, lanjut alumni Pesantren Tebuireng Jombang ini.
Dijelaskannya, bahkan untuk Muktamar NU, hasil panen Mbah Wahab ludes untuk kebutuhan tersebut. “Inilah teladan muassis dalam berjuang harta dan tenaga untuk NU, bukan malah seperti saat ini mencari untung dan hidup di jamiyah," jelas Pengasuh Pondok Pesantren Putri Al-Istiqomah Diwek, Jombang, Jawa Timur tersebut.
Kiai Anam juga bercerita tentang KH Bisri Syansuri (Mbah Bisri) dalam berkhidmat untuk NU. "Mbah Bisri ini bukan hanya kiai, tapi juga pengusaha. Jika Mbah Wahab bersedekah dengan hasil panen, Mbah Bisri dengan kambing. Bahkan untuk kebutuhan Muktamar NU, Mbah Bisri juga menyerahkan semua kambing yang dimiliki," urainya.
Karena itu di akhir ceramah, Kiai Anam mengajak jamaah pengajian berjuang dengan ikhlas untuk NU. “Jangan ragu sedikitpun sebagaimana pesan Mbah Hasyim yaitu siapa yang mengurusi NU maka saya anggap santriku. Barangsiapa menjadi santriku, maka didoakan husnul khatimah beserta anak cucunya,” pungkasnya. (Sugiarso/Ibnu Nawawi)