Jember, NU Online
Posisi pemimpin atau presiden dalam sebuah negara teramat vital. Sebab pemimpinĀ merupakan ikon pemersatu masyarakat sekaligus tanda hidupnya sebuah negara.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Aswaja Center Jember, KH Abdul Haris saat menjadi nara sumber dalam acara DIAGRA (dialog agama via udara) di masjid Jamik Al-Baitul Amin, Jember, Jawa Timur, Selasa (21/5).
Menurutnya, pemimpin adalah tempat bertemunya segala kepentingan rakyat, dan dari tangannyalah kepentingan-kepentingan itu dikelola sehingga tidak menimbulkan kekacauan meski banyak yang tidak terakomodasi.
āSebagai pengatur negara, maka rakyat diwajibkan tunduk pada presiden. Salah satu tujuannya untuk meminimalisasi potensi kekacauan akibat kepentingan rakyat yang berbeda-beda. Kalau tidak patuh kepada presiden, tapi patuh kepada pemimpin lain misalnya, kan jadi kacau negara. Masing-masing rakyat punya pemimpin sendiri yang dipatuhi,ā urainya.
Kiai Haris lalu menukil kata-kata bijak para ulama bahwa enam puluh tahun dengan penguasa (pemimpin) dzalim lebih baik dibanding satu malam tanpa pemimpin. Artinya, keberadaan pemimpin sangatlah penting.
Ā āNegara tak boleh vakum dari pemimpin. Sebab jika negara tanpa pemimpin, maka yang terjadi adalahĀ hukumĀ rimba,ā pungkasnya. (Aryudi AR).
Terpopuler
1
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
2
Khutbah Idul Adha: Menanamkan Nilai Takwa dalam Ibadah Kurban
3
Bolehkah Tinggalkan Shalat Jumat karena Jadi Panitia Kurban? Ini Penjelasan Ulama
4
Khutbah Idul Adha: Implementasi Nilai-Nilai Ihsan dalam Momentum Lebaran Haji
5
Khutbah Idul Adha Bahasa Jawa 1446 H: Makna Haji lan Kurban minangka Bukti Taat marang Gusti Allah
6
Khutbah Idul Adha: Menyembelih Hawa Nafsu, Meraih Ketakwaan
Terkini
Lihat Semua