Daerah HARLAH KE-88 NU

NU Tetap Menjaga Empat Pilar Kebangsaan

Rab, 5 Februari 2014 | 04:01 WIB

Karanganyar, NU Online
31 Januari 2014 lalu, Nahdlatul Ulama (NU) memperingati hari lahir (Harlah) ke-88. Pada usia yang semakin tua ini, tekad untuk tetap mempertahankan persatuan dan kesatuan Negara Republilk Indonesia (NKRI) pun terus digelorakan.
<>
“Sebagai warga negara yang baik, kita senantiasa berusaha menempatkan diri di posisi yang pas. Sebagaimana prinsip yang ada di NU, yaitu tawassuth yang artinya tengah-tengah,” kata Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Karanganyar, KH Mukti Ali, Ahad (2/2).

Menurut Mukti, meski NU dapat diterima oleh semua kalangan dengan cara dakwahnya yang dikenal santun, tak sedikit pula orang yang mendiskreditkan NU dengan sebutan organisasi yang tidak modern karena cenderung tumbuh di masyarakat pinggiran.

“NU itu banyak dibilang nggak modern. Karena tumbuhnya di lingkungan pesantren dan masyarakat pinggiran yang dianggap tidak bisa mengikuti zaman. Tapi nyatanya peranan NU itu sangat jelas terlihat dalam masyarakat,” ungkapnya.

Dalam momentum Harlah ini, Mukti menegaskan sesuai dengan mandat dari setiap Muktamar dan pertemuan dengan pengurus NU se-Indonesia, NU akan tetap menjaga empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Karena dengan itu, masyarakat Indonesia yang beragam bisa dipersatukan untuk menuju kesejahteraan bangsa.

“Indonesia itu kan heterogen masyarakatnya. Sedangkan NU sudah mengakar di masyarakat. NU juga sebagai ormas pertama yang dulu mau menerima Pancasila sebagai asas tunggal,” tegas Mukti.

Disinggung terkait relevansi Pancasila pada zaman sekarang ini, menurutnya, Pancasila akan tetap relevan dengan kondisi masyarakat Indonesia. Sebab, Pancasila itu merupakan intisari yang muncul dari masyarakat. “Akan tetap relevan. Adapun yang tidak mau menerima Pancasila sebagai asas ya itu memang sulit. Mungkin karena di Indonesia begitu heterogen,” jelasnya. (Ahmad Rodif-Ajie Najmuddin/Mahbib)