Daerah

Orang Kaya dan Miskin Bisa Stres, Ini Penyebabnya

Jum, 27 April 2018 | 12:00 WIB

Jember, NU Online
Semakin berkembang kemajuan zaman, ketenangan semakin sulit. Kebahagiaan dan ketenangan bukan semata-mata karena faktor berlimpahnya materi. 

Banyak orang kaya justru mengakhiri hidupnya dengan cara tragis, bunuh diri.

Demikian diungkapkan Wakil Sekretaris PCNU Jember, Moch Eksan saat menyampaikan tausiyah dalam Peringatan Isra' Mi'raj dan Haflatul Imtihan Yayasan Pendidikan Islam Hidayatul Mubtadi'in, Desa Sukosari, Kecamatan Sukowono, Jember, Jawa Timur, Kamis (26/4).

Menurutnya, berlimpahnya materi bukan jaminan seseorang bisa hidup tenang.

"Banyak orang kaya stres, bukan karena nganggur tapi karena serakah," ujarnya.

Kalau orang serakah, katanya, tidak pernah berpikir bahwa harta kekayaan yang dimiliki adalah titipan Allah. Sehingga ketika hartanya berkurang karena rugi bisnis, sudah mengeluh begitu rupa. Padahal sisanya masih lebih banyak. 

"Jadi yang dipikir yang sedikit (yang hilang). Sementara yang banyak tidak disyukuri. Akhirnya stres," urai anggota DPRD Jawa Timur itu.

Stres juga bisa menimpa siapa saja, termasuk orang yang hidupnya pas-pasan. 

Eksan mengaku prihatin dengan kasus pembunuhan yang yang sempat menghebohkan Jember dalam seminggu terakhir ini. Yaitu seorang suami yang tega mencekik leher istrinya hingga tulangnya patah, dan tewas seketika. 

Setelah membunuh istrinya, si suami berniat bunuh diri tapi keburu ketahuan tetangganya, hingga tak terjadi bunuh diri.

Kasus tersebut diduga terjadi karena faktor ekonomi. Pelakunya  diduga stres pasca pasangan itu di PHK dari pekerjaannya. 

"Jadi stres itu bisa menimpa orang kaya, orang tak punya dan siapapun. Stres terjadi karena mereka tak rela dengan keputusan Allah," jelasnya.

Oleh karena itu, untuk menghindari stres harus husnudzon kepada Allah, lapang dada dan banyak berdzikir untuk-Nya.

"Stres tidak bisa disembuhkan dengan obat. Dzikir dalam arti ingat kepada Allah, baik  dengan shalat, baca quran dan sebagainya pasti bisa menghilangkan stres," urainya ( Aryudi Abdul Razaq/Muiz).