Orang Tua Jangan Takut Anaknya Ngak Makan Karena Nyantri
NU Online · Sabtu, 6 Juni 2015 | 19:00 WIB
Grobokan, NU Online
KH Fathurrahman Thohir mengingatkan agar para orang tua jangan sampai takut anaknya tak dapat makan di kemudian hari hanya karena menghabiskan waktu mudanya mondok di pesantren. Hal ini disampaikannya dalam mauidzoh hasanah haflah akhirusanah Pesantren Sirojuth Tholibin Brabo Tanggungharjo Grobogan Jawa Tengah terang 1 Juni 2015 / 14 Sya’ban 1436 H.<>
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa selama ini sudah cukup bukti bahwa semua lulusan pesantren dapat makan, rizeki itu ada yang mengatur. Barang siapa bertakwa kepada Allah, ia akan mendapatkan solusi dalam hidupnya dan ia akan mendapatkan rizeki dari arah yang tak pernah ia perhitungkan sebelumnya, tandas pengasuh Pesantren Al Ittihad Poncol Bringin Semarang ini.
Dalam pesantren, imbuhnya para santri dididik oleh para kiai dengan didikan multi, secara lahiriyah berupa gemblengan mental, penyampaian materi dengan berbagai sistem maupun secara batiniyah berwujud do’a maupun tirakat para kiai dan guru demi kesalehan para murid.
Menurutnya lagi, orang nyantri itu dari latar belakang berbeda. Ada yang ke pesantren karena otaknya tak mampu belajar di sekolah formal, ada pula yang karena terlampau nakal sehingga orang tua menyerah mengatasi kemudian dititipkan ke pesantren, atau karena hal lain, namun buktinya sepulangnya dari pesantren banyak yang menunjukkan perubahan-perubahan sikap secara tajam. Ini karena contoh kesalehan sikap, tirakat, bangun malam dan doa-doa kiai untuk para muridnya.
Acara Haflah itu sendiri telah terlaksana dengan lancar dengan rangkaian ujian terbuka, pembacaan bait-bait nadzom berbagai macam fan, ijazah ammah, pemberian sanad hadis musalsal dan puncaknya yaitu haflah, tutur salah seorang santri bernama Ahmad.
Menurutnya, ujian terbuka yang telah digelar pada tanggal 13 Mei 2015 silam merupakan ajang kompetisi paling bergengsi dalam kancah pertarungan keilmuan pesantren yang didirikan oleh Kiai Syamsuri Dahlan ini.
Sedikitnya ada 70 santri yang masuk final dengan diuji secara terbuka oleh para kiai dan pengasuh pesantren sekitar di hadapan santri putra dan disiarkan langsung hingga komplek pesantren putri, tukas asal Godong Grobogan tersebut.
Hadis Musalsal
Selain acara mewisuda santri yang lulus Madrasah Diniyyah Muhadloroh dan penutupan pengajian-pengajian kitab yang lain, akhir sanah merupakan waktu pemberian ijazah amah dan pemberian sanad hadis musalsal.
H. Muhammad Shofy Al Mubarok, pengasuh pesantren generasi ke tiga menyatakan bahwa santri yang telah selesai khidmah atau membantu pesantren selama minimal setahun pasca ia lulus akan mendapatkan hal tersebut.
Bagi santri Madrasah Muhadloroh saat lulus hanya akan mendapat ijazah lulus saja namun jika ia telah mengikuti kewajiban khidmah minimal setahun maka akan diberi ijazah ammah dan sanad hadis musalsal, terang ayah tiga anak ini.
Ijazah ammah adalah sanad semua macam kitab dari gurunya KH Kafa Bihi Mahrus Lirboyo Kediri dari Guru lagi Syaikh Muhammad Yasin bin Isa Al Fadani Al Makky yang diberikan khusus kepada santri Sirojuth Tholibin yang lulus dan juga selesai khidmah kepada pesantren sekurang-kurangnya selama setahun.
“Tak ada kitab manapun kecuali aku miliki sanad yang bersambung hingga penulisnya,” tukas Gus Shofy menirukan kata Syaikh Yasin suatu ketika.
Selain itu, para santri ini juga mendapatkan sanad hadis musalsal yakni hadis yang bersambung terus sampai Nabi Muhammad SAW dengan kondisi dan cara yang sama persis sebagaimana Baginda Rasul dahulu menyampaikan.
Seperti sanad hadis musalsal bil mushofahah, yaitu perawi satu meriwayatkan hadis semisal “Barangsiapa bersalaman denganku atau bersalaman dengan orang yang pernah bersalaman denganku, kelak ia pasti akan masuk surga”. Nabi meriwayatkan hadis ini sembari bersalaman dengan sahabat, kemudian sahabat yang menjadi perawi hadis ini meriwayatkan kepada yang berada di bawahnya dengan bersalaman pula begitu seterusnya hingga sekarang.
Acara puncak haflah yang diadakan mulai pukul 07.00-12.30 siang ini bertujuan untuk menjadi media silaturrahmi antara santri, wali santri dan masyarakat sekitar sekaligus tasyakuran bersama atas prestasi-prestasi yang telah dicapai selama setahun. red: mukafi niam
Terpopuler
1
Sosok Nabi Daniel, Utusan Allah yang Dimakamkan di Era Umar Bin Khattab
2
3 Pesan Penting bagi Pengamal Ratib Al-Haddad
3
Mimpi Lamaran, Menikah, dan Bercerai: Apa Artinya?
4
Mahfud MD Ungkap Ketimpangan Struktural Indonesia
5
Gus Yahya: Di Tengah Ketidakpastian Global, Indonesia Harus Bertahan dan Berkontribusi bagi Dunia
6
Demo ODOL, Massa Aksi akan Jejerkan 300 Truk dari Kantor Kemenhub hingga Kemenko IPK
Terkini
Lihat Semua