Daerah

Pasca Teror Cikokol, Mahasiswa NU Tengerang Tuntut Bebas Khilafah

NU Online  ·  Jumat, 21 Oktober 2016 | 11:18 WIB

Tangerang, NU Online
Pasca kejadian teror pos polisi Cikokol dengan terduga simpatisan Islamic State of Iraq an Syiria (ISIS), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) Nusantara Tangerang menggelar aksi cinta tanah air dan NKRI Harga mati. Aksi dimulai dari depan kampus, dilanjutkan dengan berjalan kaki ke tugu Akhlakul Karimah dan berakhir di depan Kantor Pemerintah Kota Tangerang. Pada aksi Jumat (21/10) tersebut, mereka menuntut Tangerang Raya bebas ideologi Khilafah Islamiyah.

Koordinator aksi Aflahul Mumtaz mengatakan, aksi ini adalah bentuk keperihatinan mahasiswa NU Tangerang atas hilangnya rasa cinta tanah air, dan hilangnya rasa cinta terhadap falsafah bangsa Pancasila disebagian generasi muda. Mereka lupa, bahwa bangsa ini dibentuk dengan darah yang menginginkan Indonesia damai, nyaman dan sejahtera. Bukan malah melakukan teror, dan men thogut-kan hasil capaian Ulama dan founding father bangsa ini.

"Kita akan tuntut Pemerintah Kota Tangerang mendeklarasikan diri sebagai garda terdepan membebaskan Kota Tangerang dari ideologi Khilafah Islamiyah," ujar Ketua Komisariat PMII STISNU ini melalui siaran pers.

Mahasiswa Nahdlatul Ulama akan menjadi garda terdepan untuk mengawal pancasila dan UUD 1945. Dahulu 22 Oktober Hadrotussyekh KH Hasyim Asy’ari menggelorakan jihad mengusir penjajah, puncaknya gerakan 10 November para santri berjuang mempertahankan bangsa dan negara.

“Maka pada momentum ini tugas kami melawan siapa saja yang akan merusak integrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tegasnya.

Hasanudin Petoy, koordinator aksi dari BEM STISNU mengkritik pemerintah daerah yang bungkam dan diam atas kejadian ini. Ia juga menyesalkan bahwa kampus NU Tangerang sudah memperingatkan tentang minimnya pemahaman pelajar atas pilar kebangsaan yang sejatinya sudah sesuai dengan ajaran agama. Sehingga banyak di antara pelajar yang tertipu pemahamannya dalam beragama, berbangsa dan negara, dengan formalisasi syariat.

"Kami hadir di sini, untuk mendorong pemerintah Kota Tangerang peka atas perubahan pemahaman keagamaan dan nasionalisme di kalangan pelajar. Sebab itu, kita menuntut Pemerintah membuat kurikulum muatan lokal wawasan kebangsaan dalam perspektif agama agama. Tujuannya, agar mereka diideologisasi bahwa Pancasila  dan NKRI sah dalam kacamata agama manapun," ujarnya.

Petoy menambahkan, kita sangat perihatin sekolah sekolah  dan kampus kampus tidak pernah mengajarkan atau menumbuhkan penanaman ideologi kebangsaan, mereka seakan diberikan kebebasan tanpa adanya pengarahan untuk berbuat dan berkehendak.

"Kami anak pesantren, oleh kiai kami sudah disumpah setia cinta tanah air dan NKRI adalah harga mati. Termasuk kampus NU Tangerang, membaiat kami sumpah setia pada bangsa dan negara. Kenapa di sekolah tidak...?" tanyanya menggebu gebu.

Kita ingin, semua tunduk dan mengamalkan nilai nilai luhur pancasila sebagai identitas bangsa. Siapa pun itu, mulai dari pejabat, rakyat jelata, orang kaya, orang miskin, muslim atau nonmuslim bersatu atas nama bangsa dan negara. Mengamalkan Pancasila, berati menjauhkan diri prilaku korup, hedon, acuh dan tak peduli. Mengamalkan Pancasila berarti mengajarkan semua peduli, berbhineka tunggal ika, dan saling menjaga serta menghormati satu sama lainnya. Tidak ada lagi yang dikafir-kafikan, tidak ada lagi yang thogut thoguthkan. (Red. Abdullah Alawi)