Daerah

Pembina Masjid Agung Jateng: Sedekah Itu Pemancing Rejeki

Rab, 11 September 2019 | 06:00 WIB

Pembina Masjid Agung Jateng: Sedekah Itu Pemancing Rejeki

Jamaah pengajian ibu-ibu Masjid Agung Jawa Tengah berpose usai santunan yatim piatu di Aula kantor MAJT, Semarang, Selasa (10/9). (Foto: NU Online/Ichwan)

Semarang, NU Online
Infaq, sedekah, dan menyantuni anak yatim bukan lagi sunnah atau kewajiban. Tetapi harus dijadikan sebagai kebutuhan. Sebab, setiap orang pasti butuh rejeki. Sedangkan sedekah itu memancing rejeki.
 
Demikian disampaikan Pembina Dewan Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), KH Ahmad Darodji, ketika memberi sambutan pada Santunan Anak Yatim 10 Muharram 1431 H yang diselenggarakan jamaah pengajian ibu-ibu Masjid Agung Jawa Tengah di Aula kantor MAJT, Semarang, Selasa (10/9).
 
“Rejeki sudah disediakan oleh Allah. Dihamparkan dari langit ke bumi. Dan kita harus berusaha mencari rejeki. Karena kita butuh rejeki. Maka, mari kita jadikan sedekah sebagai kebutuhan. Karena infaq atau sedekah adalah pemancing rejeki,” tutur Kiai Darodji.
 
Kiai bergelar doktor asal Kendal Jateng ini lantas menceritakan pengalamannya bersedekah yang langsung mendapat imbalan rejeki.
 
Suatu hari, kisahnya, dia Jum’atan di Masjid Baiturrahman Simpang Lima Semarang. Turun dari lantai 2 masjid, ada seorang pengemis duduk menengadahkan tangan seraya menyodorkan kaleng untuk minta sedekah.
 
Kyai Darodji awalnya tidak berniat sedekah. Dia ingin segera melangkah ke kantor MUI Jateng yang ada di sebelah Masjid Baiturrahman. Karena ada agenda yang harus dia hadiri. Namun, teringat sabda Rasulullah bahwa sedekah bisa mendatangkan rejeki, ia hendak membuktikannya.
 
Ia pun merogoh saku bajunya. Dia temukan dua lembar uang. Pecahan lima ribu dan 50 ribu rupiah.
 
“Otak saya berpikir mau memberikan Rp 5 ribu itu. Tetapi hati saya berkata, rasanya kok sedikit. Maka saya cabut uang Rp 50 ribu. Namun, ketika hendak saya berikan, perasaan saya berubah lagi. Akhirnya, saya kasihkan semua uang ke pengemis tersebut. Lega. Tidak lagi ada kecamuk pikiran saya milih uang yang mana,” tuturnya disambut tawa hadirin.
 
Tanpa dia nyana, baru saja dua menit masuk kantor MUI, tiba-tiba ada tamu mengetuk pintu. Si tamu membawa map dan minta tanda tangannya untuk urusan muamalah. Begitu Kiai Darodji menandatangani dokumen yang dia terima, si tamu menyerahkan sebuah amplop.
 
“Setelah saya buka, amplop itu berisi uang Rp 550 ribu. Subhanallah. Alhamdulillah. Gusti Allah mengganti kontan sedekah saya 10 kali lipat,” sambungnya seraya tersenyum tanda syukur bahagia.
 
Memungkasi pidatonya, dia menyapa para yatim piatu yang hadir, serta menghibur mereka dengan menceritakan tentang yatimnya Nabi Muhammad SAW.
 
“Anak-anakku semua, kalian adalah calon presiden. Rasulullah itu sejak lahir sudah yatim. Lalu bisa menjadi pemimpin agama, kemudian menjadi pemimpin negara,” pungkas Ketua Majelis Ulama Jawa Tengah (MUI) Jawa Tengah ini.
 
Program Rutin
Sementara itu, ketua Pengajian Ibu-ibu MAJT Dr Hj Nur Kusuma Dewi melaporkan, tahun ini pihaknya berhasil mengumpulkan donasi Rp 110 juta, sehingga menyantuni 210 anak yatim dan piatu. Masing-masing anak diberi uang Rp 500 ribu. Sedangkan tahun lalu memberikan santunan total Rp 90 juta.
 
“Santunan untuk anak yatim ini telah dua tahun kami lakukan. Dan menjadi program rutin PIMAJT. Kiai Ahmad Darodji tadi mendorong dan mendoakan kami mampu menyantuni sejumlah Rp 250 juta,” terangnya.
 
Anak-anak yatim yang disantuni tersebut, lanjut istri Ketua Dewan Pengelola MAJT Prof Dr Noor Ahmad ini, berasal dari sekitar MAJT dan dari warga terdekat dari rumah para pegiat PIMA JT. Semua dikenal dan didata, sejak tahun lalu. Bukam berasal dari panti asuhan.
 
“Kami mendata sendiri anak-anak yatim terdekat. Dari warga sekitar MAJT maupun dari tetangga tempat tinggal para pegiat PIMAJT. Kami tidak mengambil dari panti asuhan. Pertama, karena sudah banyak yang memberi santunan di panti asuhan. Kedua, anak-anak yatim yang tidak tinggal di panti asuhan jarang mendapat santunan rutin,” tuturnya.
 
Di tempat yang sama, Rais Syuriyah PCNU Kota Semarang yang juga pembina MAJT KH Hanief Ismail memberi sambutan, kaum muslimin hendaknya menjadikan bulan Muharram sebagai ladang amal dengan menyantuni anak yatim.
 
Amal tersebut, ucap dia, adalah perbuatan sangat baik dan sangat dianjurkan oleh Allah dan Rasulnya. Seraya mengutip Hadis ia menyampaikan, "Barang siapa menyantuni anak yatim, maka kelak akan berdempetan dengan Rasulullah di dalam surga."
 
Di akhir acara, hadirin diajak ngaji bersama oleh duet muballigh, yaitu Gus Taufiq pengasuh Pesantren Raudlatul Athfal Kendal bersama dengan Dai Cilik juara Indosiar, Akbar Azzam Dzulfikar, asli Semarang.
 

Kontributor: Ichwan
Editor: Musthofa Asrori