Daerah

Pencairan Dana BOS Madrasah Belum Jelas

Ahad, 19 Mei 2013 | 09:02 WIB

Probolinggo, NU Online
Hingga kini dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Kabupaten Probolinggo belum jelas. Meski Kementerian Agama (Kemenag) RI beberapa waktu lalu sudah mengumumkan kepastian cairnya dana tersebut.<>

Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Probolinggo H. Busthomi kepada NU Online, Sabtu (18/5) mengatakan, kini pihaknya belum mendapatkan kepastian kapan dana tersebut bisa diterima MI di Kabupaten Probolinggo. “Pusat memang sudah mengatakan cair dalam waktu dekat. Tapi itu di tingkat pusat. Belum distribusinya ke daerah,” ujarnya.

Menurut Busthomi, pencairan dana BOS kemungkinan akan dilakukan secara bertahap. “Mekanismenya masih kami tunggu dari pusat maupun provinsi. Sekarang saya masih berkoordinasi dengan provinsi,” jelasnya.

Di Kabupaten Probolinggo, ada 367 MI negeri maupun swasta. Untuk menopang pembiayaan sekolah, semua MI itu mengandalkan dana BOS. Meliputi biaya operasional sekolah setiap bulan hingga gaji guru. Karena BOS ini merupakan pengganti pembiayaan sekolah yang digratiskan dari siswa.

Dana BOS dihitung per siswa dengan nominal Rp. 46.500 per bulan. Khusus kalangan Kemenag, pencairan biasanya dirapel setiap triwulan. Sehingga total penerimaan dana BOS per siswa/triwulan sekitar Rp. 140 ribu.

“Selanjutnya dikalikan jumlah siswa yang terdapat di MI terkait. Makin banyak jumlah siswanya, makin besar pula jumlah dana BOS yang diterima langsung melalui rekening sekolah,” terangnya.

Telatnya pencairan dana BOS selama 4 bulan itu membuat ratusan MI makin kelimpungan. “Siswa kami sedikit, sehingga dana BOS juga tidak banyak. Tapi biaya operasionalnya tinggi setiap bulan,” ujar salah satu Kepala MI di Kecamatan Bantaran yang tidak mau namanya disebutkan.

Pihaknya mengaku tidak mampu membayar gaji guru jika dana BOS belum cair. Selama 4 bulan terakhir, gaji 7 orang guru di MI-nya tidak bisa diserahkan. “Mau hutang, tidak tahu harus kemana. Rencananya hutang mau ditutupi setelah BOS cair. Tetapi nyatanya kami tidak dapat hutangan itu. Semoga ketika nanti cair bisa dirapel sekaligus,” terang pria berkumis tipis ini.

Lain halnya dengan salah satu MI di Kecamatan Leces yang memiliki siswa cukup banyak. Kepala MI tersebut mengaku kesulitan dengan tersendatnya dana BOS itu. Tetapi pihaknya memiliki talangan dana dari pihak luar. “Masih bisa ditutupi, tetapi yang jelas hutang sekolah sekarang menumpuk,” akunya.



Redaktur     : A. Khoirul Anam
Kontributor : Syamsul AkbarÂ