Daerah

Pendakwah Harus Mampu Dialogkan Materi Tekstual dengan Fenomena Sosial

Ahad, 17 November 2019 | 05:30 WIB

Pendakwah Harus Mampu Dialogkan Materi Tekstual dengan Fenomena Sosial

Ilustrasi pencerahan (NU Online)

Bandarlampung, NU Online
Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung KH Abdul Syukur mengingatkan kepada para dai, sebagai sosok yang memiliki intensitas tinggi dalam meneruskan risalah nabi, agar tidak memberikan pemahaman tekstual kepada umat. Dai harus mampu mendialogkan materi tekstual dengan kondisi dan fenoma sosial yang ada di tengah masyarakat.
 
Para pedakwah harus mampu melihat dan mempertimbangkan realitas, sasaran dakwah (mad'u), serta solusi atas permasalahan umat. Para dai baik penceramah, ustadz, kiai, harus berdakwah dengan pendekatan moderasi Islam.
 
"Para dai harus memiliki penguasaan dan pengetahuan dakwah yang terkait dengan filosifi dakwah itu sendiri," kata pria yang juga Direktur Akademi Dai Wasathiyah (ADW) Majelis Ulama Indonesia Provinsi Lampung kepada NU Online, Sabtu (16/11).
 
Terkhusus dai di Indonesia lanjutnya, harus mengembangkan wawasan Islam yang dapat berintegrasi dan berakomodasi dengan wawasan kemasyarakatan dan kebangsaan dalam rangka memperkokoh empat pilar kebangsaan PBNU (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD RI 1945). Sehingga jiwa ukhuwah, mashlahah dan cinta tanah air (hubbul wathan) akan semakin kuat sekaligus mampu menangkal radikalisme, terorisme, paham intoleransi, ekstrimisme dan lainnya.
 
Upaya untuk mewujudkan dai berwawasan keagamaan (diniyah) dan kebangsaan (wathaniyahsudah dilakukan pihaknya dengan menggelar kembali Akademi Dai Wasathiyah (ADW) ke-2 yang akan dilaksanakan mulai 22-24 November 2019 di Marines Eco Park, Kawasan Brigif 4 Marinir/BS, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran.
 
"Dengan ADW ini kita optimis mampu mengembangkan jejaring kemitraan dengan lembaga atau instansi terkait yang secara integratif dan interaksional dapat mewujudkan kemajuan di berbagai bidang, baik ekonomi, pendidikan, keamanan, pertahanan, pariwisata, budaya, kesenian, dan lainnya yang berbasis kearifan lokal, kultur budaya dan kultur agama," jelas Dosen UIN Lampung ini.
 
Dengan adanya para dai yang moderat ini diharapkan dapat memelihara hablum minannas (hubungan sesama manusia) dan hablun minallah (dalam konteks ibadah kepada Allah SWT) guna meraih kebaikan dan pahala untuk kesejahteraan hidup, baik di dunia ataupun di akhirat kelak. 
 
Di kegiatan ADW, para dai akan mempraktikan dan melakukan simulasi dakwah moderasi yang berpegang teguh pada tiga prinsi yakni logos, pathos, ethos yaitu ilmu, iman dan amal. 
 
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin