Daerah

Penelitian IAIN Pontianak: Pesantren Penjaga Ketahanan Pangan

Rab, 4 Agustus 2021 | 05:30 WIB

Penelitian IAIN Pontianak: Pesantren Penjaga Ketahanan Pangan

Foto peneliti di pesantren tempat penelitian dilakukan. (Foto: tangkapan layar)

Pontianak, NU Online

Hasil penelitian Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak menunjukkan bahwa pondok pesantren memiliki andil untuk meminimalisasi berkurangnya ketahanan pangan.


Hal tersebut disampaikan pada Webinar Series and Research Exposes yang bertema “Agribisnis Pondok Pesantren Berbasis Ketahanan Pangan”, Selasa (3/8).


Penelitian itu dilakukan Rasiam, M Syaifullah, dan Ridwan pada dua Pondok Pesantren di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, yaitu Pondok Pesantren Raudatul Ulum II dan Pondok Pesantren Abdussalam.


Penelitian yang dilakukan oleh tiga dosen tersebut dilatarbelakangi oleh isu-isu krisis pangan dunia. Di antaranya, lahan pertanian yang semakin menyempit, sehingga menghambat produktivitas kebutuhan pangan.


Faktor penghambat produktivitas pangan adalah karena adanya pembukaan lahan untuk mendirikan pemukiman, sehingga lahan pertanian semakin menyempit. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu adanya kontribusi dari seluruh kalangan masyarakat.


Pesantren sebagai salah satu penjaga ketahanan pangan tidak lepas dari paradigma kiai terhadap pangan dan agribisnis. Ketiganya mengungkapkan, bahwa kiai memiliki paradigma pangan merupakan kebutuhan primer bagi santri.


Paradigma kedua, pesantren tidak dapat berdiri sendiri sehingga diperlukan menejemen pondok berbasis pengembangan agribisnis untuk ketahanan pangan. Ketiga, santri tidak hanya belajar agama. Pondok pesantren perlu mengajarkan karakter kerja keras, kerja ikhlas, dan kerja produktif untuk kemandirian santri.


Paradigma lain yang perlu dipegang kiai dalam mengelola pesantren adalah menanamkan pola pikir bahwa bekerja adalah ibadah. 


“Jadi, pondok pesantren yang kami teliti itu melakukan menejeman pengelolaan beberapa jenis pangan berbasis agribisnis seperti padi, lada, sawit, cabai, sayuran, karet, dan kayu albasia. Hasil pengelolaan tersebut kemudian diberdayakan oleh santri di sana,” ungkap Rasiam selaku peneliti. (3/8)


Rasiam menyimpulkan bahwa Tradisi Hadharah benar-benar terwujud di Pondok Pesantren Abdussalam dan Raudatul Ulum II Kabupaten Kubu Raya. KH Hanafi dan KH Hifni Haiffudin sebagai pengasuh pesantren tersebut membangun sebuah peradaban agama, sosial, budaya, dan ekonomi santri.


Sementara itu, Guru Besar Ekonomi Agribisnis Universitas Lampung  Bustanul Arifin dalam pembicaraan kuncinya menyampaikan bahwa tradisi agribsinis di sebuah pesantren memang harus terus dipegang. Agribisnis tidak hanya tentang unsur produksi, tetapi juga unsur pengolahan dan unsur pendukung.


“Bangunlah, agribsinis! Jadilah, entrepreneur! Bangunlah, masyarakat! Terjunlah di lapangan! Dengan ini, peran santri jadi lebih berkah,” tegas akademisi yang menamatkan studi doktornya di University of Wisconsin-Madison, Amerika Serikat itu.


Kontributor: Siti Maulida
Editor: Syakir NF