Daerah

Penggundulan Hutan Pegunungan Kendeng Ditengarai Sebabkan Banjir Pati

Ahad, 24 Maret 2024 | 21:00 WIB

Penggundulan Hutan Pegunungan Kendeng Ditengarai Sebabkan Banjir Pati

Relawan Badan Penanggulangan Bencan Daerah (BPBD) membantu evakuasi warga dari rumah mereka yang terendam banjir (Foto: BPBD Pati)

Pati, NU Online
Sejak beberapa hari ini, beberapa kecamatan di Pati Jawa Tengah dilanda banjir. Sekretaris NU Peduli Pati, Azis Muttaqin mengatakan penyebab banjir yang terjadi di Kabupaten Pati karena penebangan pohon secara liar sehingga hutan Pegunungan Kendeng menjadi gundul. Selain itu, banjir juga disebabkan curah hujan yang tinggi dan kiriman air dari banjir Demak dan Kudus.

 

"Ya salah satu menurut cerita orang-orang sepuh di Kayen, sebuah kecamatan di Pati, setiap satu windu hujan tinggi ditambah dengan penggundulan Kendeng ya semakin gampang banjir, lalu yang ketiga badan sungai semakin menyempit dibangun rumah," kata Muttaqin kepada NU Online pada Ahad (24/4/2024).

 

Dalam menangani dampak banjir, Tim NU Peduli Pati sudah bersinergi dengan beberapa Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pati dalam membentuk pos dan dapur umum. Terkait pendirian pos dan dapur umum tersebut, diserahkan langsung secara mandiri kepada MWCNU masing-masing. Di antaranya di Kecamatan Juwana dan Gabus.


"Dapur umum kami serahkan ke masing-masing MWCNU. Setahu saya dapur umum banjir di Kabupaten Pati ada di Juwana dan Gabus,” ujar Muttaqin.

 

Selama banjir di Kabupaten Pati, NU Peduli dan pemerintah melalui Badan Penanggulangan Bancana Daerah (BPBD) Pati telah melakukan beberapa penanganan banjir, di antaranya melakukan evakuasi warga, menyuplai logistik dan mendirikan dapur umum.

 

Kepala Pelaksana Badan Penaggulangn Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati, Martinus Budi Pasetyo menjelaskan penanganan banjir yang dilakukan BPBD.


"Jadi BPBD selain melakukan kegiatan penyelamatan itu membantu evakuasi, kita juga melakukan upaya pemenuhan kebutuhan dasar berupa dropping bahan makanan logistik. Kita juga melaksanakan dapur umum," ujar Martinus saat diwawancarai langsung oleh NU Online di kantornya pada Sabtu (23/3/2024).

 

Ia menambahkan, di beberapa wilayah terdampak banjir di Kabupaten Pati, BPBD telah membentuk dapur umum untuk menyuplai makanan siap saji kepada warga yang terdampak banjir.

 

"Dapur umum sendiri kita punya banyak titik, di BPBD, Dinas Sosial, Kantor Kecamatan Juwana, Desa Ngastorejo Kecamatan Jakenan, Kasiyan dan Jongso Desa Wotan Sukolilo, Poncomulyo Desa Gadudero Sukolilo, Komplek Perumahan Sidokerto dekat Alugoro,” ujar Martinus.

 

Dapur umum yang dibentuk pemerintah melalui BPBD dan Dinas sosial ini, rencananya akan beroperasi selama 14 hari sejak tanggal 19 Maret 2024. Apabila banjir surutnya lebih cepat dari perkiraan, sewaktu-waktu dapur umum akan dihentikan.

 

"Kami maksimalkan paling tidak keberadaan dapur umum ini, sampai 14 hari ke depan terhitung mulai tanggal 19. Itu diperkirakan banjir sudah surut dan sudah selesai, ternyata kalau sebelum tanggal 1 April sudah surut, maka dapur umum dan distribusi logistik akan kita hentikan,” papar Martinus. 


Meskipun pemerintah telah melakukan distribusi bantuan berupa penyaluran bahan makanan dan makanan siap saji, ternyata penyaluran tersebut belum merata.


Salah seorang warga Dukuh Guwo, RT02/RW 01, Desa Gadingrejo, Siswanto (53) mengungkapkan, banjir yang terjadi di desanya mencapai 70-80 sentimeter. Hingga saat ini, warga Gadingrejo, khususnya di Dukuh Guwo, baru sebagian kecil yang mendapat bantuan. 

 

"Kemarin mendapat dari instansi pemerintah tapi baru sebagian kecil,” ujarnya, pada Rabu (20/3/2024).


Untuk menangani banjir, BNBD dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama membuat rekayasa pengalihan titik hujan.

 

"Itu ada penggaraman. Penggaraman itu awan hujan digarami sehingga jatuhnya di laut, tidak jatuh di daratan. Itu adalah rekayasa cuaca yang dilakukan BNPB dan BRIN," kata Martinus Budi Prasetyo.


Martinus mengatakan penggaraman tersebut mengurangi dampak tingginya hujan yang jatuh ke daratan, sehingga mulai tanggal 20 Maret 2024 kemarin, curah hujan sudah mulai berkurang.

 

Berkurangnya curah hujan ini menyebabkan beberapa titik sudah surut, meskipun belum sepenuhnya kering.