Daerah

Penting Membangun Perekonomian Berbasis Santri

NU Online  ·  Selasa, 16 Desember 2008 | 13:03 WIB

Jepara, NU Online
Perekonomian rakyat hingga kini masih belum mengalami perubahan drastis, hal ini merupakan imbas belum maksimalnya perhatian penuh kepada kalangan grass root. Maka diperlukan pembangunan ekonomi berbasis santri.

Demikian yang menjadi pokok diskusi Rif'an, MM dalam Diklat Kebangsaan yang digelar oleh PAC IPNU-IPPNU Nalumsari, Sabtu (13-15/12) lalu di PP Arridlwan Tritis, Nalumsari, Jepara, seperti dilaporkan kontributor NU Online Syaiful Mustaqim.<>

Rif'an, aktivis GP Anshor Jawa tengah ini memaparkan pentingnya membangun semangat perekonomian rakyat berbasis santri. Santri dalam hal ini penggiat IPNU-IPPNU dapat menjadi corong penggerak ekonomi yang berpusat di pedesaan. Hal itu dapat diaktualisasikan dengan memberikan modal kepada mereka yang membutuhkan.

Pembicara lain Mustaqim, dosen Universitas Islam Sultan Fatah (UNISFAT) Demak mengungkapkan perihal kemunculan paham Ahlus Sunnah dan Ahmadiyah. Menurut pengamatan Mustaqim di Indonesia lebih dulu muncul aliran Ahmadiyah daripada Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Sementara itu, M Fathul Munif mengkritik lemahnya NU dalam membangun kerjasama dengan pelbagai pihak. Munif menjelaskan NU masih perlu melakukan kerjasama khususnya dalam lingkup dunia. Koordinator cabang PMII Jawa Tengah ini menyontohkan tokoh-tokoh Muhammadiyah yang sering diikutsertakan dalam rangka memecahkan problem internasional.

"NU dalam hal ini masih perlu melebarkan sayap dengan membangun kerjasama dengan berbagai pihak dalam lingkup nasional maupun internasional", katanya.

Sedangkan Suwoko, ketua PMII Cabang Kudus melontarkan isu Gender perspektif Pesantren.  Menurut Suwoko, selama ini pola penididikan di pesantren masih mengesampingkan gender. Baginya, wacana di pesantren perlu direkonstruksi sehingga nantinya tidak lagi mendiskriminasikan posisi perempuan dilembaga pendidikan islam tertua di negeri ini. (nam)