Daerah

Pentingnya Sanad dan Nasab dalam Panggilan Gus

Kam, 4 Agustus 2022 | 19:45 WIB

Pentingnya Sanad dan Nasab dalam Panggilan Gus

Mudir Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang Kiai Ahmad Roziqi . (Foto: Istimewa)

Jombang, NU Online

Mudir Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang Kiai Ahmad Roziqi menjelaskan gelar 'Gus' seharusnya bernasab dan bersanad. Bersanad dimaksudkan yaitu memiliki kapasitas keilmuan Islam yang mumpuni. Sedangkan bernasab memiliki garis keturunan dari tokoh agama Islam.


Hal ini disampaikannya saat menanggapi penggunaan kata 'Gus' untuk pria asal Blitar bernama Samsudin. Samsudin diketahui membuka padepokan dan praktik pengobatan alternatif.


"Malah kalau standar Gus Baha (KH Ahmad Bahauddin Nursalim) lebih ekstrem lagi. Nama Gus tidak hanya bernasab, tapi juga ada syarat standar keilmuan," jelasnya kepada NU Online, Kamis (4/8/2022).


Menurutnya, walaupun seseorang dipanggil dengan sebutan 'Gus' atau kiai sebaiknya bersikap biasa saja. Karena panggilan 'Gus' terkadang hanya bermakna 'kakak' dan terkadang anak kiai juga tidak disebut 'Gus'.


Hal tersebut juga berlaku pada panggilan 'Kiai'. Ada kiai yang menjadi gelar kehormatan di bidang penguasaan ilmu agama Islam, tetapi juga ada di segmen yang lain, misal hewan dan pusaka.


"Ada meme bagus, Gus harus bernasab dan kiai harus bersanad," imbuh pria yang juga anggota Komisi Fatwa MUI Jawa Timur ini.


Kiai Roziqi memperingatkan, bagi yang berniat memanfaatkan gelar 'Gus' sedangkan ia tidak berhak menyandangnya, ia berharap segera insaf. Jangan mencari keuntungan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain.


Bagi masyarakat umum, jangan 'nggumunan' atau mudah terkesima dengan hal-hal yang sepertinya khariqul 'adah (tidak biasa). Syaitan pun mampu membantu kekasihnya untuk menampilkan kkhariqul 'adah.


"Tetap ilmu dan keshalehan lah yang menjadi tolak ukur kehormatan seseorang. Jangan terkecoh," tegasnya.


Sementara itu, KH Salmanudin Yazid Al Hafidz (Gus Salman) memiliki pendapat bahwa panggilan 'Gus' pada Samsudin tidak memberikan dampak jelek kepada kalangan pesantren karena masyarakat sudah cerdas.


"Saya kira tidak sampai membahayakan pesantren, karena masyarakat kita sudah cerdas dapat memilah mana yang gus asli pesantren dan gus yang sekedar gus-an. Hidup di tengah kampung rambut gondrong punya komunitas sedikit sudah dipanggil gus," ungkapnya.


Bagi Gus Salman, panggilan 'Gus' merupakan pemberian masyarakat dan yang memiliki adalah masyarakat juga.


"Jadi terserah masyarakat bagaimana cara menilainya. Di keluarga saya justru banyak yang dipanggil 'Mas' dari pada Gus," tandasnya.


Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Muhammad Faizin