Daerah

Peringati Hari Jadi dengan Istighotsah, Walikota Wajibkan Undangan Pakai Sarung Batik

NU Online  ·  Senin, 2 April 2018 | 02:30 WIB

Pekalongan, NU Online
Ada pemandangan yang berbeda pada gelaran istighotsah menyemarakkan Hari Jadi ke-112 Kota Pekalongan yang jatuh pada tanggal 1 April 2018 kemarin. Pasalnya, semua tamu undangan wajib menggunakan sarung dengan motif batik.

Ribuan tamu undangan laki perempuan tampak sangat serasi berkain sarung dengan motif batik, jika pada umumnya masyarakat muslim khusus menggunakan sarung dengan berbagai motif non batik dianggap hal biasa. Akan tetapi sangat berbeda sarung batif dengan motif khas Pekalongan, apalagi sarung bukan hal yang asing bagi warga NU.  

Kewajiban bersarung batik pada acara istighotsah di HUT ke-112 Kota Pekalongan bukan tanpa alasan. Pasalnya, Walikota Pekalongan HM Saelany Mahfudz telah mencanangkan sarung batik sebagai ikon Kota Pekalongan yang terkenal dengan industri batik hingga mendunia.
 
Salah satu contoh konkret gelaran Festival Sarung Batik khas Pekalongan, budaya kuno yang kembali ingin dihidupkan kembali secara masif melalui even peringatan ini.

Sarung batik kata Saelany, dijadikan dress code dalam acara tersebut. Dari kegiatan doa bersama, istighotsah kubro yang melibatkan ribuan orang, potong tumpeng di setiap kecamatan, pentas seni hingga kirab budaya, semua diwajibkan mengenakan sarung batik khas Pekalongan saat acara berlangsung.

Puncaknya, pada kirab budaya, Ahad (1/4) kemarin ada 15 perusahaan batik yang akan membawa ratusan peserta yang mengenakan sarung batik khas Pekalongan dengan berbagai modifikasi. Dengan ini, diharapkan sarung batik akan lebih populer, jika ke depan digemari bahan jadi pakaian sehari-hari bagi warga lokal, maka perajin batik juga akan lebih makmur.

“Nantinya juga sarung batik juga dikenakan dalam lingkungan Pemkot, bisa dua kali dalam sebulan atau seperti apa. Dikenakan sebagai seragam resmi setiap hari tertentu, bahkan jika membuat nyaman bisa menjadi aturan seterusnya,” jelasnya semangat.

Menghidupkan kembali budaya sarung batik menurut Saelany Mahfudz yang juga Ketua Yayasan Pondok Pesantren Ribatul Muta'allimin Pekalongan, merupakan salah satu langkah kreatif yang diambil Pemkot dalam mempertahankan predikat sebagai Kota Kreatif dunia dari Unesco. Karena jika tidak ada inovasi apapun, maka predikat  tersebut bisa dicabut.

"Saya sedang mempersiapkan aturan tentang batik secara umum sebagai simbol Kota Pekalongan, salah satunya seperti bagi pemasang iklan di reklame di manapun di wilayah Kota Pekalongan wajib mencantumkan motif batik pada gambar iklannya. Hal itu bertujuan agar wilayah kota Pekalongan benar-benar bernuansa batik dari berbagai sudut," ungkap Saelany. (Muiz)