Daerah HUT KE-73 RI

Peringati HUT RI, Komunitas Pegon Adakan Ekspedisi Kiai Pejuang

Ahad, 19 Agustus 2018 | 17:00 WIB

Peringati HUT RI, Komunitas Pegon Adakan Ekspedisi Kiai Pejuang

Tim ekspediri kiai pejuang Banyuwangi

Banyuwangi, NU Online
Dalam memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia yang Ke-73 ini, Komunitas Pegon melaksanakan Ekspedisi Kiai Pejuang Banyuwangi, Ahad (19/09) pagi. 

Lawatan ziarah ini melibatkan perwakilan dari pemuda-pemudi se-Kabupaten Banyuwangi yang tergabung dalam beberapa komunitas dan organisasi lainnya.

Tepat pukul setengah sepuluh pagi, rombongan ini bertolak dari kantor PCNU Kabupaten Banyuwangi. Dilanjutkan ke beberapa makam para kiai pejuang yang andil dalam memberikan hadiah kemerdekaan kepada bangsa ini.

Ketua panitia Cholid Mawardi mengatakan, lokasi pertama menuju di pusara Kiai Saleh Lateng. Sosok kiai pejuang yang sangat fenomenal di eranya. Banyak jasa dan tauladan yang telah dituliskan dalam sejarah perjuangannya. Hal ini tertulis dalam biografi, kitab, dan pesantrennya.

"Pesantren yang didirikan pada tahun 1902 adalah lumbung bukti autentik embrio perjuangan. Ratusan santri pada masanya telah didik menjadi santri yang cinta tanah air. Dan ikut terlibat dalam memerangi kolonial. Sehingga, tak heran pesantren ini pernah dibakar oleh Belanda," terang Cholid sapaan karib Cholid Mawardi.

Tidak hanya itu, aktifis IPNU yang berdomisili di daerah Patoman, Blimbingsari ini juga menambahkan, pesantrennya juga pernah menjadi tempat berkumpulnya rais NU se-Nusantara. 

"Tentunya di saat Banyuwangi menjadi tuan rumah Muktamar NU Ke-9 di tanggal 21-26 April 1934 M," tutur aktifis yang bergelut di dunia photografi ini.

Lepas membaca tahlil bersama puluhan peserta diajaknya meninjau langsung bekas pesantren Kiai Saleh Lateng. Kemudian, meninjau beberapa ratusan kitab peninggalan semasa perjuangannya.

Usai ekspedisi di Kompleks makam Kiai Saleh Lateng dilanjutkan dengan ekspedisi di makam makam kiai pejuang lainnya. 

"Selepas Kiai Saleh Lateng, Kita akan melanjutkan ke makam Kiai Abdul Wahab (Penataban, Giri, Banyuwangi), KH Maksum (Kemasan, Banyuwangi), KH Syamsuri (Singonegaran, Banyuwangi), dan terakhir KH Harun Abdullah (Tukangkayu, Banyuwangi)," tutup Cholid.

Komunitas Pegon Ayunk Notonegoro menegaskan, ekspedisi ini sangat bermanfaat sekali utamanya pada generasi milenial zaman now. Karena setiap lawatan ekspedisi ini mengupas sejarah kehebatan para kiai di Banyuwangi yang masih jarang diketahui, khususnya di kalangan para pemuda-pemudi.

"Hanya bertujuan supaya mereka tidak tercerabut dari akarnya. Karena kehebatan perjuang nenek moyang sendiri mampu memberikan inspirasi bekal yang sangat besar bagi peserta dalam mengarungi kehidupan," pesan Ayunk saat jumpa pers.

Salah satu peserta dari Daerah Benculuk, Kecamatan Cluring, Nadia Aulya mengatakan sangat beruntung sekali dalam mengikuti rangkaian ekspedisi kali ini. Dengan banyaknya kisah baru tentang sejarah kehebatan para kiai pejuang dalam merebut kemerdekaan memberikan sebuah interest tersendiri. 

"Saya berharap ke depan akan ada kelanjutan kegiatan yang seperti ini. Dengan kunjungan kepada para kiai yang berbeda. Tentu masih banyak kiai pejuang yang tidak banyak dikenal di kawula pemuda-pemudi," tutup Nadia. (M Sholeh Kurniawan/Muiz)