Semarang, NU Online
Sebutan kiai menjadi penanda penting bagi kehidupan keislaman di Jawa bahkan Indonesia. Mereka ini penjaga gawang moral beragama dan berbangsa.
Jamal Makmur Asmani mengategorikan menjadi tiga bagian, ulama lentera hati, sang pencerah hati, dan sang pencerah gagasan. Gagasan ini ditulis dalam buku berjudul Mereguk Kearifan Para Kiai.
Buku karya Jamal Makmur yang berjudul Mereguk Kearifan Para kiai Oleh Pengurus Wilayah Rabithah Ma'ahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) Jawa Tengah dibedah bersama sekretaris PWNU Jateng HM Arja Imroni dan KH Abu Rokhmad MUI Jateng, hadir pula penulis buku di Kantor PW RMI NU Jawa Tengah, Ngaliyan Semarang, Sabtu, (15/4).
Buku menjadi penting ditulis untuk memberikan inspirasi bagi generasi muda agar bisa meneladani tokoh-tokoh yang dimunculkan.
Jamal memberikan argumentasi kenapa buku ini hadir, bahwa seorang kiai atau ulama, pertama, harus memiliki kapasitas keilmuan yang bagus dan mampu membuka mata hati santrinya. Kedua, memiliki kemauan dan kemampuan untuk berijtihad dalam mencari ilmu.
Arja Imroni mengapresiasi atas terbitnya buku ini, secara garis besar Ia mengungkapkan kiai-kiai yang ada dalam buku, mereka menghormati kearifan lokal, memiliki pengetahuan keagamaan baru berdakwah, berhati-hati dalam mengambil keputusan hukum dan tradisi saling menghormati antar kiai.
Selain itu, Arja mengingatkan bahwa sekarang ini santri banyak yang meninggalkan cara menjadi seorang murid yang baik.
Abu Rokhmad menceritakan bahwa kiai-kiai kuno itu selalu mendoakan santri-santrinya. Begitu pula dengan tokoh-tokoh yang ada dalam buku ini.
Dalam bahasa pesantren terdapat hubungan hati yang kuat (alaqah batiniyyah). Dalam buku karya Jamal baiknya kiai-kiai yang dikenal secara nasional penting kita dokumentasikan, selain itu perlu juga ada kiai-kiai kampung yang perlu diabadikan.
"Setiap zaman ada kiainya dan setiap kiai ada zamannya," tegas Kiai Abu Rohmad.
Menurut Rohmat, bahwa kiai memiliki kekhasan masing-masing yang berbeda dengan satu dengan yang lainnya. Beliau-beliau ini memiliki dimensi yang tak bisa diperkirakan para santrinya. Bisa jadi kontribusi dan gagasannya sesuai zaman dan tempatnya yang tak bisa dibandingkan satu dengan yang lain.
Jamal Makmur yang juga aktif di Pengurus Wilayah Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU) Jawa Tengah berpesan bahwa menulislah secara mengalir, buku yang ia tulis memang tak akan pernah habis kekurangannya.(Mukhammad Zulfa/Muiz)