Daerah

Pesan Almaghfurlah KH Syansuri Badawi Agar Anak Alim dan Shalih

Sab, 29 Juni 2019 | 23:00 WIB

Jombang, NU Online
Adalah mimpi setiap orang tua memiliki anak yang alimmjuga shalih. Alim dalam artian menguasai pengetahuan yang diberikan para kiai dan ustadz kala di pesantren. Termasuk tentu saja sejumlah disiplin ilmu yang disampaikan di lembaga pendidikan. Yang jauh lebih penting adalah memiliki anak shalih karena berakhlak mulia dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar.

Untuk dapat merengkuh itu semua sebenarnya mudah. “Kunci agar anak kita alim dan shalih adalah harus dimulai dari orang tua,” kata H Lukman Hakim, Sabtu (29/6).

Mudir Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur ini mengingatkan pesan tersebut kepada sejumlah wali santri dan murid di aula masjid pesantren setempat. 

Menurutnya, apa yang disampaikan bukan semata teori dan karangan dirinya. “Ini pesan dari almaghfurlah KH Syansuri Badawi,” jelasnya.

Bahwa suatu ketika ada wali santri yang pasrah kepada KH Syansuri Badawai. “Harapan sang anak kelak menjadi alim serta shalih dan shalihah,” kata H Lukman. 

Mendengar harapan salah seorang wali santri tersebut, KH Syansuri Badawi berujar: “Agar anak kita alim dan shalih sebenarnya gampang. Kita sebagai orang tua harus menjadi shalih terlebih dahulu,” kata H Lukman menirukan dialog Kiai Syansuri.

Dalam pandangan murid langsung KH M Hasyim Asy'ari tersebut, berharap anak alim dan shalih tidak bisa tiba-tiba. “Sebelum anak besar, sudah terdidik. Bahkan saat proses berhubungan suami istri juga diawali dengan cara yang shalih,” katanya.

Karena itu, mengenang pesan Kiai Syansuri, H Lukman mengingatkan calon orang tua untuk mengawali proses reproduksi dengan cara yang dianjurkan. “Dari mulai shalat sunnah dulu, membaca surat Maryam, Yusuf, baru kemudian berhubungan dengan pasangan,” sergahnya. 

Sehingga bila cara shalih tersebut tidak dilakukan, jangan disalahkan kalau anak kurang cakap. “Karena ketika memproses ada yang salah,” tegasnya. 

Namun bila merasa telah melalui proses yang salah, hal tersebut tidak harus diratapi. “Ya sudah, sekarang ini saatnya menjaga anak,” ungkapnya.

Bagaimana cara menjaga anak saat di pesantren? “Yakni anak kita dijaga dari hal-hal yang haram,” pesannya. 

Kalau sudah di pondok, jangan ada kiriman haram yang diterima anak. “Bila kita membiayai anak dengan penghasilan yang haram, maka pikiran anak jadi judek. Karena kalau makan satu suapan saja dari barang haram, maka hatinya akan gelap,” sergahnya. 

Karena itu pada kesempatan tersebut, H Lukman mengajak para wali santri untuk memperbanyak permintaan ampun yakni membaca istighfar dalam jumlah yang tidak terbatas. “Itu juga yang diajarkan Hadratussyaikh, KH M Hasyim Asy’ari,” ujarnya.

Setelah memperbanyak istighfar dan memastikan kirikan anak dari rezeki halal, berikutnya adalah ikhlash. “Pasrahkan saja perkembangan anak-anak anda kepada kami,” pungkasnya. (Ibnu Nawawi)