Daerah

Pesantren Sumbersari Ciptakan Inovasi Bakar Sampah Tanpa Asap

Sab, 29 Februari 2020 | 21:30 WIB

Pesantren Sumbersari Ciptakan Inovasi Bakar Sampah Tanpa Asap

Incenerator Go green Ds 2, alat pembakar sampah tanpa asap ditemukan di Pesantren Darussalam Sumbersari, Kediri. (Foto: Dok. PP Darussalam)

Kediri, NU Online
Sampah merupakan salah satu sumber masalah besar yang berkontribusi mencemari lingkungan. Risiko sampah berdampak pada polusi tanah, air yang terkontaminasi, sumber penyakit, bahkan bencana. Fenomena menumpuknya sampah juga terjadi di pesantren, termasuk Pesantren Darussalam 2 Putri, Sumbersari, Kencong, Kepung, Kediri, Jawa Timur.

Sampah yang terkumpul di pesantren ini setiap harinya bisa sampai satu drum penuh. Bahkan lebih, baik berupa sampah organik maupun anorganik. Salah satu langkah penanganan yang diambil adalah membakarnya. Namun, terkendala pembakaran sampah terkendala polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan.

Sehingga salah satu pengajar di pesantren ini bernama Moh Nasirul Haq dibantu tiga orang santri berhasil menciptakan inovasi pembakaran sampah tanpa asap.
 
Menurut Ustadz Nasirul, ide membuat alat ini berasal dari kepedulian terhadap lingkungan pesantren dan masyarakat. Bagi dia, pesantren juga harus proaktif dalam menjaga lingkungan dengan program penuntasan urusan sampah.

Alat pembakar sampah tanpa asap yang diberi nama Incenerator Go green Ds 2 terbukti mampu membakar sampah non organik yang terkumpul setiap harinya tanpa mengeluarkan asap berbahaya dengan tingkat keberhasilan 95%.
 
"Alat ini menjadi istimewa karena sangat berguna. Biaya pembuatannya juga relatif murah. Cukup 2,5 juta rupiah saja menurut penemunya sudah bisa membuat sendiri alat ini," ujar Ust Nasirul dalam rilis yang diterima NU Online, Sabtu (29/2) malam.

Alat ini terdiri 1 tungku pembakaran, 2 tempat pengolahan asap, 1 lobang penampung air, dan 1 tempat penyalur asap. Konsep dan sistem kerja alat ini menurut penemunya terinspirasi dari asap pekat memasak dari dapur yang keluar ke jendela di saat hujan.

“Inspirasi sistem pengolahan asap pada alat ini saya dapatkan saat melihat kepulan asap dapur yang kemudian hilang saat gerimis. Sehingga saya mencoba membuatnya. Sempat tiga kali gagal. Kemudian, saya bongkar rangkai dan di percobaan keempat Alhamdulillah berhasil,” jelasnya.

Kelebihan alat ini, lanjut dia, cairan yang ada di penampungan atas tungku bisa untuk obat tanaman dari hama. Sementara abu sisa pembakaran bisa dibuat untuk campuran media tanam yang bisa menyuburkan.
 
"Jika dikembangkan lagi, alat ini bisa menghasilkan BBM dengan syarat yang dibakar adalah khusus sampah plastik saja. Kekurangan alat ini adalah tidak bisa membakar jenis sampah yang basah seperti popok dan pembalut," sambungnya.

Pesantren Darussalam 2 Putri Sumbersari juga berusaha memaksimalkan kepeduliannya terhadap lingkungan dengan program Ds 2 Go Green. Program ini selain menuntaskan sampah anorganik dengan dibakar pada incenerator dan sebagian dijual ke pengepul.
 
"Program ini juga menuntaskan sampah organik limbah dapur dan kantin pesantren dengan memblender atau mencacahnya untuk kemudian dijadikan vitamin makanan tambahan ikan lele yang dipelihara di pesantren," paparnya.

Semenjak adanya alat pembakar sampah tanpa asap ini sampah yang ada di tong sampah pesantren menurun drastis. Meminimalisasi sampah dengan membakarnya tanpa asap. “Semoga alat ini bisa semakin banyak yang membuatnya sehingga masalah sampah benar-benar teratasi,” pungkasnya. 
 
Editor: Musthofa Asrori