Daerah

Picu Permusuhan, Hindari Memutus Tali Silaturrahim

Rab, 4 November 2020 | 09:00 WIB

Picu Permusuhan, Hindari Memutus Tali Silaturrahim

Mustasyar PCNU Jember, Jawa Timur, KH Kholid Dahwi. (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)

Jember, NU Online
Memutus tali silaturrahim ternyata membawa dampak negatif yang cukup dahsyat. Yaitu menghambat turunnya rahmat Allah kepada pelaku. Jika itu terjadi, maka yang bersangkutan akan menjadi orang yang  nestapa di dunia dan akhirat.


Demikian diungkapkan Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jember, Jawa Timur, KH Kholid Dahwi saat memberikan tausiyah dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus peletakan batu pertama pembangunan mushala di Lingkungan Panji, Kelurahan Tegalgede, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember, Selasa (3/11) malam.


Menurut Kiai Kholid, sapaan akrabnya, rahmat Allah tidak hanya tersumbat bagi pemutus tali silaturrahim, tapi juga bagi sebuah majlis yang di situ hadir orang yang suka memutus tali silaturrahim. Ironis, yang berbuat hanya seorang tapi yang mendapat sanksi banyak orang.


“Itu menunjukkan pemutus tali silaturrahim sangat besar dampaknya, sehingga rahmat Allah jauh darinya” ujarnya.


Salah seorang pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, Desa Sumberwringin, Kecamatan Sukowono, Kabupaten Jember Jawa Timur itu menyatakan wajar Allah ‘menghukum’ pemutus tali silaturrahim, karena mempunyai efek yang cukup luas. Di antaranya adalah timbulnya permusuhan, dan akibat-akibat lanjutannya. Dikatakan Kiai Kholid, saat ini orang begitu gampang memutus tali silaturrahim. Hanya karena perbedaan pilihan politik, akhirnya tali silaturrahim putus.

 

Celakanya, kerap kali permusuhan tetap abadi di tingkat bawah meskipun ajang politiknya sudah selesai, bahkan yang ikut kontestasi sudah berangkulan.


“Mari kita jauhi putus silaturrahim dengan siapapun. Justru kita semua bersaudara, kita bina kerukunan, kita jaga persatuan. Dan itulah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Bahkan Nabi tetap berbuat baik terhadap orang yang telah menyakiti beliau,” terangnya.


Selain pemutus tali silaturrahim, durhaka kepada orang tua juga menghambat turunnya rahmat Allah. Orang tua seharusnya ditempatkan dalam posisi terhormat. Dimuliakan, bukan didurhakai. Kata Kiai Kholid, orang tua itu mulia dan harus dimuliakan (oleh anaknya) sampai-sampai ridlo dan murka Allah tergantung kepada ridlo dan murka kedua orang tua.


“Jadi hadits Nabi ridlallahi fi ridlal waalidain wa sukhtullahi fi sukhtil waalidain (ridlo Allah tergantung kepada ridlo kedua orang tua, dan murka Allah tergantung kepada murka kedua oran tuanya), sangat jelas bagaimana kita harus memposisikan kedua orang tua kita,” ungkapnya.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin