Daerah

PKD Ansor untuk Lahirkan Kader Penggerak yang Andal

Sel, 29 September 2020 | 09:00 WIB

PKD Ansor untuk Lahirkan Kader Penggerak yang Andal

PKD Ansor Sumedang untuk cetak kader penggerak yang andal (Foto: NU Online/Toha)

Sumedang, NU Online
Ketua Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sumedang, Jawa Barat Acep Komarudin Hidayat mengatakan, Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) diharapkan lahirkan kader penggerak GP Ansor tingkat anak cabang dan ranting yang memiliki kapasitas dan kemampuan yang andal.

 

"Kader yang siap mengawal dan menjadi dinamisator organisasi Ansor di tingkat pimpinan anak cabang dan pimpinan ranting," tegasnya.

 

Hal itu disampaikan Acep saat membuka PKD Ansor di Pesantren Riyadul Muttaqin Pamulihan, Sumedang, Jawa Barat Sabtu (26/09).

 

Dikatakan, banyak hal yang harus diketahui oleh peserta sebelum dinyatakan sah jadi kader Ansor, terutama masalah keorganisasian dan ideologi ahlussunnah wal jamaah.

 

"Selama pelatihan para peserta diberikan pemahaman untuk meraih kompetensi pelatihan yakni memiliki wawasan keilmuan yang luas dan bobot pengetahuan yang lebih memadai tentang ke-Aswaja-an, ke-NU-an, keindonesian dan kebangsaan," ungkapnya.

 

Selain itu lanjutnya, ada juga materi tentang ke-Ansor-an dan ke-Banser-an, amaliyah dan tradisi keagamaan di NU, manajemen keorganisasian, serta analisis sosial.

 

"Meski digelar di tengah pandemi Covid-19, PKD angkatan IV yang diikuti oleh 60 peserta perwakilan dari masing-masing ranting tetap menerapkan protokol kesehatan (Prokes)," tegasnya.

 

Acep pun mengapresiasi kegiatan PKD dapat kembali terlaksana di PAC Pamulihan. Mengingat, kaderisasi bagi GP Ansor sangatlah penting untuk menjaga organisasi agar tetap hidup.

 

Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pamulihan Kiai Abdul Ghoffar mengapresiasi diadakan pelatihan ini supaya terlatih dan tidak hanya sebatas aku-akuan di NU. Bahkan diadakannya pelatihan ini supaya menjadi kader Ansor yang shaleh juga militan yang sesuai degan tujuan di antaranya menjaga para ulama para kiai.

 

"Menjaga para kiai bukan hanya cerita tapi harus menjadi kata. Perang di zaman sekarang bukan perang fisik, tapi perang pemikiran perang ideologi, baik di dunia nyata maupun di dunia maya," ujarnya kepada NU Online, Senin (28/9).

 

Dirinya berharap, mudah-mudahan setelah para peserta mengikuti pelatihan ini bisa menjadi kader juga pengurus yang militan, warga negara baik, warga NU yang baik sesuai harakah fikrah Nahdlatul Ulama.

 

Kontributor: Toha, Ayi Abdul Kohar
Editor: Abdul Muiz