Jepara, NU Online
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Jepara, Jawa Tengah merasa prihatin dengan ancaman hoax (berita bohong) yang kian mewabah. Sehingga pihaknya memberikan sikap atas ancaman itu.
Sikap itu Erkham Sobri sampaikan saat menyampaikan sambutan dalam Talkshow Turn Back Hoax yang diadakan PMII Ratu Shima Unisnu Jepara bertempat di gedung MWCNU Tahunan, Kompleks Kampus Unisnu Jepara, Sabtu (15/4).
Menurut Ketua PMII Cabang Jepara cara mencegah berita hoax harus dimulai dari diri sendiri. “Bahaya hoax harus dihindari sedini mungkin,” ujar Erkham.
Sebab kata dia di era milenial ini usia balita pun sudah dihadapkan dengan teknologi. Karena itu, sepulang dari kegiatan itu, ia berharap kepada peserta untuk menebar efek positif kepada masyarakat luas untuk tidak menyebar hoax.
“1 kali Anda menyebar berita hoax dan isinya propaganda efeknya sangat berbahaya sekali,” tegas Erkham.
Kesempatan itu pihak PMII mengundang 2 narasumber. Arif Darmawan yang diberi kesempatan sebagai pembicara awal mengemukakan bahwa media sosial (medsos) ibarat pedang bermata dua.
Di satu sisi kata Kabid Kominfo Diskominfo Jepara dengan medsos diberikan kemudahan untuk mengakses. Di sisi yang lain adalah 1 ancaman.
Satu ancaman itu sebut Arif ialah hoax. Berita bohong itu lanjutnya sering dijumpai saat-saat Pilkada utamanya hate speech (ujaran kebencian). Karenanya, pertama, kepada mahasiswa ia meminta untuk kritis. Kedua, tabayun atau kroscek.
Sekalipun hoax yang telah tersebar mengutip ayat alquran, ia meminta untuk tabayyun khususnya kepada orang yang lebih tahu.
Hal lain dikemukakan M. Abdullah Badri. Sekretaris PC LTNNU Jepara itu mengingatkan membuat dan menyebar berita hoax tanggung jawabnya di dunia juga di akhirat.
Dalam menghadapi ancaman hoax, senada dengan Arif yakni mencari pembenaran, hoax tegas Badri mesti dilawan. Berita di lawan berita. Status juga dilawan status dan seterusnya. Menurutnya hal itu merupakan solusi yang efektif. (Syaiful Mustaqim/Fathoni)