PMII Cilegon Desak KPUD Segera Sosialisasikan Tata Cara Pemilu
NU Online · Kamis, 29 Januari 2009 | 10:24 WIB
Aktivis Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cilegon pada hari Rabu (28/1), mendatangi kantor KPU Kota Cilegon. Kedatangan mahasiswa yang dipimpin Ketua PMII Cilegon Indra Rusdiana itu diterima Ketua KPUD Syaeful Bahry, serta sejumlah anggota KPUD seperti Nana Najahudin (Ketua Pokja Kampanye), Habibi (Ketua Validasi Data Pemilih), dan Fatullah (Pokja Verifikasi).
Dalam pertemuan tersebut, mereka membahas tentang sosialisasi Pemilu, terutama soal tata cara pemilihan. Mahasiswa menilai, saat ini masih masih banyak warga yang belummengerti tentang bagaimana cara pemilihan, menyusul adanya perubahan sistem pemberian suara.&<>lt;br />
“Kalau dulu kan dicoblos. Sekarang katanya sudah beda, harus dicontreng. Nah kita ingin tahu sudah sejauh mana KPUD melakukan sosialisasi tersebut. Terlebih bagipemilih pemula, manula, dan pemilih akademisi seperti kami ini,” tutur Indra Rusdiana.
Indra mengungkapkan, melihat fakta di lapangan, hingga saat ini belum ada sosialisasi secara menyeluruh. Guna menyukseskan Pemilu, Indra mengaku siap membantu tugas-tugas KPU Kota Cilegon melakukan sosialisasi kepada warga.
Ketua KPU Kota Cilegon Syaeful Bahri mengatakan, lembaganya hingga sekarang ini belum memiliki anggaran sosialisasi. Namun, KPU Cilegon telah melakukan sosialisasimeski tidak dilakukan secara formal. “Memberi tahu kepada seorang tetangga saja sudah termasuk sosialisasi, itu namanya sosialisasi dari mulut ke mulut,” katanya.
Dikatakan lebih lanjut, berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pemilu disebutkan bahwa Parpol punya kewajiban memberikan pendidikan politik kepada masyarakat.
“Oleh karena itu kami minta parpol dan caleg turut serta melakukan sosialisasi, memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Sebab Undang-undang sudah jelas disebutkan,” papar mantan Ketua Panwas Kota Cilegon ini.
Partisipasi parpol dan caleg untuk melakukan sosialisasi sangat dibutuhkan. Hal itu bertujuan meminimalisasi angka golput. Namun, tambah Syaeful, sejauh ini belum terlihat secara gamblang parpol peserta Pemilu ikut berperan aktif melakukan sosialisasi.
“Satu hal lagi yang perlu diingat dan disosialisasikan, jargon KPU sekarang ini adalah Tandai, Pasti Bisa, Kalau dulu kan jargonnya Coblos, Ingat, Ingat,” tutur Syaeful, serayamengatakan, paradigma politik juga perlu diubah.
“Jangan caleg yang membutuhkan masyarakat, tetapi masyarakatlah yang butuh caleg. Cari caleg yang benar-benar sesuai kata hati kita. Langkah ini sebagai upaya menghindari politik uang dan kapitalisme politik. Jadi para caleg tidak bisa semena-mena membeli suara dengan uangnya,” tegasnya.
Pemilih Cerdas
Sebelumnya PMII Banten pada hari Selasa (28/1) melakukan demonstrasi di depan kantor Panwaslu Provinsi Bnaten Jalan Letnan Jenderal Kepandean Serang. Mereka mengajak masyarakat untuk mengawal pemilu yang cerdas dengan tidak menjual hak pilihnya, pada calon legislatif (Caleg) yang tidak bertanggung jawab.
Ketua Umum PMII Banten, Nurdin menyatakan, masyarakat harus berani memilih caleg dan partai yang memiliki visi dan misi yang bagi kesejahteraan rakyat. Karena, pemilu merupakan semangat ritual demokrasi yang perlu melibatkan masyarakat secara aktif.
Jika pemilu hanya diperankan oleh golongan dan kelompok, tanpa melibatkan masyarakat, tidak mencerminkan pemilu yang cerdas. Apalagi, katanya, para calon wakil rakyat yang dipilih hanya mengedepankan kekayaan dan popularitas saja. Ia menghimbau agara masyarakat tidak memilih caleg yang tidak memiliki visi dan misi yang jelas.
“Pemilu bukan hanya momentum demokrasi yang stagnan, tapi harus ada perubahan kearah yang lebih baik,” kata Nurdin.
Nurdin juga menambahkan, ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemilu, cenderung pragmatis. Hal itu terjadi karena ulah para politikus juga yang mengajarkan pragmatisme kepada masyarakat yang membiasakan pemilu selalu bersinggungan dengan uang.
Koordinator lapangan (Korlap), Ubaidillah, menyatakan, bahwa pemilu cerdas tercermin dari yang memilih dan dipilih berlaku cerdas. Termasuk para “wasit” pemilu seperti KPU dan Panwas nya juga harus cerdas. Kecerdasan itu nantinya akan menjauhi praktek-praktek yang bisa menodai kemurnian pemilu. Seperti kecurangan-kecurangan yang banyak mewarnai arena demokrasi yang sebentar lagi digelar.
PMII juga menghimbau kepada masyarakat untuk menjauhi politikus-politikus busuk yang sering mempraktekan money politik. “Masyarakat harus mewaspadai para calon yang melakukan money politik dan berani menolak politikus busuk,” tegas Ubaid dalam orasinya. (zen)
Terpopuler
1
Kemenag Tetapkan Gelar Akademik Baru untuk Lulusan Ma’had Aly
2
LKKNU Jakarta Perkuat Kesehatan Mental Keluarga
3
Mahasiswa Gelar Aksi Indonesia Cemas, Menyoal Politisasi Sejarah hingga RUU Perampasan Aset
4
3 Alasan Bulan Kedua Hijriah Dinamakan Safar
5
Kopri PB PMII Luncurkan Beasiswa Pendidikan Khusus Profesi Advokat untuk 2.000 Kader Perempuan
6
Pentingnya Kelola Keinginan dengan Ukur Kemampuan demi Kebahagiaan
Terkini
Lihat Semua