Daerah

"Sunan Kalijaga Berpikir Global Bertindak Lokal"

NU Online  ·  Ahad, 13 Oktober 2013 | 13:01 WIB

Yogyakarta, NU Online
Perjalanan hidup Sunan Kalijaga, salah seorang wali yang sukses menyebarkan Islam di Nusantara, terbagi dalam 3 periode. Masing-masing periode terdapat nilai-nilai atau prinsip.<>

Demikian disampaikan Mohammad Damami, guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam seminar nasional dengan tema “Sunan Kalijaga dan Budaya Bangsa” di convention hall kampus, Kamis (10/10).

“Pertama, adalah masa remaja. Beliau dari kalangan darah biru atau ningrat. Tapi pribadinya sangat memperhatikan wong cilik. Dia memang dilatih oleh ayahnya, bersama adiknya untuk turba. Dia juga memiliki watak Robin Hood,” ungkapnya.

Ia menuturkan, dalam periode ini prinsip yang dapat diambil adalah prinsip kerakyatan dan pemberdayaan ekonomi.

Periode kedua adalah periode belajar agama. Pada saat Sunan Kalijaga belajar pada Sunan Bonang, terdapat satu prinsip hidup yang dijalaninya, yaitu integrasi ilmu keislaman eksoteris (lahir) dan esoterik (batin).

Sedangkankan prinsip selanjutnya yaitu dapat disarikan pada saat Sunan Bonang menyuruh Sunan Kalijaga untuk belajar ke Mekah dan pada saat sampai di Malaysia bertemu dengan Sunan Maghribi lalu Sunan Kalijaga berguru kepadanya.  

“Sunan Kalijaga pada saat itu telah mengalami globalisasi atau belajar ke luar negeri. Prinsipnya di sini adalah berpikir global tapi bertindak lokal,” ujar Damami.

Periode ketiga adalah ketika Sunan Kalijaga kembali berdakwah di tanah air. Dalam proses dakwahnya, dapat diambil satu prinsip yaitu prinsip perjuangan atau pendekatan kultural.

Demikian pula saat Sunan Kalijaga menjadi penasehat di kerajaan Demak. Ada suatu prinsip yang dapat pula diambil, yaitu prinsip perjuangan atau pendekatan struktural.  (Nur Hasanatul Hafshaniyah/Anam)