Daerah

Ragam Tradisi Maulid, dari Tebar Uang sampai Pasang Bendera

Kam, 16 Januari 2014 | 22:09 WIB

Bangkalan, NU Online 
Ada yang berbeda dari peringatan maulid Nabi Muhammad SAW di pesantren ini. Tradisi turun temurun yang dipertahankan untuk  menjaga kebersamaan.
<>
Anak-anak belia terlihat sangat antusias menunggu momentum ini. Gelak tawa ratusan anak di bawah usia 10 tahun tumpah kala uang kertas pecahan Rp 2000 sebanyak Rp 40 juta semburat  di halaman Pesantren Darul Hikmah Desa Langkap Kecamatan Burneh, Bangkalan Madura Selasa (14/1/2014) lalu.

Mereka berlari, berebut, dan melompat hingga terjatuh saling tindih sambil tertawa lepas memungut tebaran uang. Pecahan uang kertas juga ada yang digantung berjejer bersama ratusan balon. Letusan ratusan balon membuat suasana keakraban anak-anak dari tujuh dusun semakin terasa. Itu hanya bisa dijumpai sekali dalam setahun, yakni di perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Anak-anak yang juga datang ditemani ibu awalnya berkumpul sejak 04.30 WIB. Mereka bersalaman satu sama lainnya hingga lantunan sholawat terdengar. Saat itulah, suasana mulai riuh. "Acara semacam ini sudah berlangsung selama ratusan tahun sebagai wujud cinta kami, umat Islam kepada nabi besar Muhammad SAW," ungkap Pengasuh pesantren Darul Hikmah KH Djauhari Aris.

Ia mengatakan, perayaan tahunan dengan tabur uang itu tidak sebagai wujud sikap sombong. Namun, tradisi semacam ini memiliki tujuan untuk saling mempererat tali silaturahim antarmasyarakat "Menabur uang hingga saling rebut bukanlah untuk menyombongkan diri. Diharapkan kelak, mereka menjadi rebutan para malaikat dan para nabi untuk masuk ke surga," jelasnya.

Adapun uang sebesar Rp 40 juta itu diperoleh dari tabungan delapan putranya selama setahun. Tabungan itu memang dikhususkan untuk merayakan maulid nabi. "Itu (menabung) terus dilakukan setiap tahun. Perayaan ini sama sekali tidak memberatkan masyarakat setempat," tuturnya.

Di akhir perayaan, giliran acara makan bersama dan pembagian bingkisan kepada undangan yang hadir. Mereka juga mendapatkan amplop berisikan uang Rp 5000 dari pengasuh pesantren. "Ini adalah uang barokah. Tidak penting berapa nilainya," kata Imam Hambali (45), warga Dusun Gerdimor Desa Langkap.

Hal senada diungkapkan Sohibul Hikam (50), warga setempat. Menurutnya, perayaan maulid seperti ini harus terus dijaga dan dikenalkan pada generasi muda. "Setiap tahun ya seperti ini. Warga dari tujuh kampung semua berkumpul. Mereka menyempatkan diri mudik untuk merayakan ini," jelasnya.

Banyak cara yang dilakukan sejumlah warga dalam rangka memperingati maulis Nabi. Di kampung ini dengan mengibarkan bendera merah putih.

Warga di lingkungan Plaosa, Kelurahan Patokan, Kecamatan Situbondo Jawa Timur memeriahkan peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW dengan pengibaran Sang Saka Merah Putih di setiap gang.

"Bendera merah putih sejak Nabi Muhammad sudah ada, seperti kita dengar dalam peristiwa perang. Maka bendera merah putih kita pasang dalam menyambut Maulud Nabi Muhammad ini," kata tokoh masyarakat setempat, Ustad Khoirul Imam (16/1).

Tujuan kegiatan ini untuk mengingatkan warga setempat bahwa Bangsa Indonesia sangat beradab dan cinta tanah air. 

“Kita adalah bagian dari Bangsa Indonesia sehingga harus tetap cinta pada negara," terangnya. 

Selain itu bendera merah putih juga merupakan bendera Nabi,” terang Khairul Imam.

Pada perayaan maulud yang dilaksanakan di sekitar mushalla di tengah kampung tersebut juga dihiasi dengan ratusan telor kembang yang ditancapkan pada pohon pisang.

Sebelum acara di mulai, puluhan warga yang ikut memeriahkan kegiatan maulud melakukan kirab bersama sambil membawa al-Quran ke lokasi kegiatan maulud. (syaifullah/mukafi niam)