Daerah

Renungan Idul Fitri, Bersimpuhlah kepada Orang Tua

Ahad, 25 Juni 2017 | 15:08 WIB

Pringsewu, NU Online
Sebuah kebahagiaan bagi orang tuanya yang masih dalam keadaan sehat dan masih bersama kita. Terlebih sosok ibu yang telah susah payah melahirkan ke dunia ini. Ibu adalah sosok yang paling berjasa dan dapat menghantarkan ke surga.

"Apa kabar ia hari ini? Sudahkah kita menjenguknya? Semakin hari semakin bertambah tua umurnya. Hari-harinya sudah mulai ditinggal pergi anak-anaknya. Di rumah sendiri tak berdaya dengan kondisi kesehatan yang semakin membuatnya tak berdaya. Keinginan bekerja masih ada, namun tenaga sudah tidak mendukung keinginannya. Akhirnya hanya bisa mengubur semua isi hatinya sambil berharap ada anak yang memperhatikan dan peduli dengannya. Apakah kita peduli dengan hal ini? Apakah kita merasakan apa yang mereka inginkan dan rasakan selama ini?" demikian ajakan renungan yang disampaikan Basridho saat menjadi khotib pada Shalat Idul Fitri 1438 H yang dilaksanakan di Halaman Pendopo Pringsewu, Ahad (25/6).

Menurut Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Sukoharjo ini, Idul Fitri merupakan waktu tepat bagi kita untuk memberikan perhatian lebih dengan mengunjungi dan bersimpuh di depan mereka, meminta maaf atas segala kesalahan yang telah kita buat selama ini kepada mereka.

"Inilah saat penting bagi kita untuk berbuat baik kepada orang tua kita. Inilah ladang amal bagi kita selaku anak yang berbakti kepada orang tua. Jika kita dengan ikhlas peduli, memberi kasih sayang dan membantu meringankan beban hidupnya, yakinlah, surga balasannya. Jasa dan perjuangan mereka tidak akan bisa kita balas dan bayar lunas. Demi Allah, sebanyak apa pun yang pernah kita berikan, apa pun yang pernah kita serahkan kepada orang tua kita, tidak akan setimpal dengan perjuangan dan pengorbanan mereka membesarkan kita," kata Ketua Ranting NU Kelurahan Pringsewu Barat ini.

Ia juga mengajak untuk mengingat perjuangan orang tua ketika kita masih kecil tak bisa berbuat apa-apa. Dengan penuh cinta orang tua kita menggendong kita, mencium kita dan merawat kita sampai kita bisa seperti sekarang ini.

"Bagaimana sebaliknya ketika saat ini mereka tergeletak sakit sendirian di rumahnya? Sempatkah kita menengoknya? Berapa kali kita mengusap keningnya, menyuapinya dan menggantikan pakaiannya ketika ia terbaring sakit diatas tempat tidurnya? Seringkah kita memeluknya dengan penuh cinta sembari tersenyum sebagaimana ia lakukan saat kita kecil di pangkuannya?" tanyanya.

Di hari nan fitri inilah lanjutnya waktu yang tepat bagi seorang anak untuk meraih kedua tangannya yang sudah nampak keriput dimakan usia. "Rengkuhlah tubuhnya, ciumlah tangan yang dulu kekar mengasuh kita, namun sekarang sudah lemah seraya bersimpuh meminta maaf kepadanya. Mintalah keridhoan dan keikhlasannya untuk bekal hidup kita. Dan marilah berdoa agar ia selalu mendapatkan perlindungan dan kesehatan serta kemudahan dari Allah SWT. Semoga mereka tetap terjaga iman islamnya dan ketika ia dipanggil oleh Allah SWT mereka menjadi hamba yang husnul khatimah dan kita diberikan ketabahan dalam menghadapinya," katanya dengan nada suara yang bergetar.

Namun jika orang tua kita saat ini sudah tidak bersama kita lagi di dunia, ia mengajak untuk meluangkan waktu untuk berziarah ke makam mereka. "Lihat dan bersihkanlah pusara mereka yang menunggu doa dari kita dan keluarga. Ia pastinya akan tersenyum melihat kehadiran dan doa yang kita kirimkan. Sebaliknya mereka pasti akan sangat bersedih ketika kita tidak datang mendoakan karena hanya itulah yang mereka harapkan dialam sana," ajaknya. (Muhammad Faizin/Abdullah Alawi)