Klaten, NU Online
Nahdaltul Ulama (NU) tidak cukup dengan bangga karena memiliki jamaah yang demikian besar di dunia nyata. Namun yang juga harus diperhatikan saat ini adalah besar di dunia maya dengan memperkaya konten khas NU.
Hal itu ditegaskan Direktur NU Online, Savic Ali pada Forum Diskusi Milenial di Pondok Pesantren al-Barokah, Gunting, Wonosari, Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (30/3).
"Nahdliyin belum begitu kuat di online. Kalau di offline sudah hebat. Puluhan ribu pesantren dan madrasah telah dibangun oleh para sesepuh kita," kata Savic.
Dirinya kemudian mengemukakan fakta bahwa NU Online menempati peringkat pertama portal Islam di Indonesia. “Namun NU online bertengger sendirian. Oleh karena itu nahdliyin harus aktif di online,” ungkapnya. Yang bisa dilakukan tidak harus membuat website atau portal karena membutuhkan tim, tapi bisa dimulai dari membuat akun di media sosial, lanjutnya.
Pada acara bertajuk Merajut dan Memperkokoh Nilai-nilai Kebangsaan dan Keagamaan, Savic juga mengatakan bahwa di online itu dinamis. Kalau mau merespons, juga akan bisa menggeser sejumlah portal yang pro-kekerasan.
Savic menyarankan dalam membuat konten, anak-anak muda untuk berkolaborasi dengan yang lebih tua. "Anak-anak muda ini bisa membuat konten kreatif seperti video dan meme, tapi kekurangan materi. Nah, yang lebih tua banyak materi, tapi banyak yang kesulitan buat konten kreatif," ungkapnya.
Walaupun dunia maya adalah medan pertarungan baru, yang meliputi beberapa hal seperti politik, ideologi bahkan gagasan keislaman, namun menurut Savic, semangat nahdliyin aktif di online bukan semangat berperang.
"Kita aktif di online bukan untuk bertempur. Tanggung jawab kita memperkenalkan dan menjelaskan NU ke publik. Ketika mengcounter juga jangan berlebihan, dan jangan baperan, seperti dikritik sedikit sudah marah," tandasnya.
Ketua Pengurus Pusat (PP) Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) NU, KH Abdul Ghaffar Rozin mengatakan, terselenggaranya kegiatan ini dilatarbelakangi keprihatinan maraknya informasi negatif seperti hoaks, pornografi dan ujaran kebencian.
“Setelah pulang dari sini, peserta punya wawasan dalam merespons informasi, mana yang positif dan mana yang negatif,” kata Staf Khusus Presiden Bidang Keagamaan ini.
Kegiatan terselenggara atas kerjasama Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), PP RMI NU dan Pondok Pesantren al-Barokah. Acara dihadiri ratusan peserta dari perwakilan RMI, IPNU-IPPNU dan pesantren se-Jawa Tengah. (Zaim/Ibnu Nawawi)