Daerah

Sejarah dan Keutamaan Istighotsah Dibahas IPNU-IPPNU Siodarjo

NU Online  ·  Jumat, 19 Oktober 2018 | 07:00 WIB

Sidoarjo, NU Online
Departemen keagamaan Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Sidoajo, Jawa Timur, menggelar kajian bedah sejarah dan keutamaan istighotsah. Kajian tersebut digelar di kantor IPNU-IPPNU, Perum GK Magersari Blok 6A Sidoarjo dan diikuti puluhan peserta dari berbagai kecamatan.

Ketua PC IPNU Sidoarjo, Abidul Mursyid mengatakan, kajian tematik ini adalah program IPNU-IPPNU di periodenya dan berawal dari diskusi pengurus harian. Yang dibahas adalah kondisi dan kebutuhan primer bagi kader IPNU. “Akhirnya disepakati mengadakan kajian keilmuan yang bertujuan meningkatkan kapasitas dan kualitas keilmuan kader,” katanya, Kamis (18/10).

Ia menjelaskan, bedah istighotsah ini berkaitan dengan momen istighotsah akbar yang akan dilaksanakan di Sidoarjo pada Ahad (28/10) mendatang. “Diharapkan kader IPNU-IPPNU Sidoarjo dapat memahami dan mengetahui asal usul, sanad serta keutamaan istighosah,” urainya.

Terlebih lagi lewat kajian ini besar harapan kader IPNU-IPPNU Sidoarjo tidak salah dalam melangkah. Menurut beberapa ulama (ilmu adalah imam, dan amal mengikutinya atau makmum). “Jadi jangan sampai kita mengamalkannya sehari-hari, tapi tak mengenal sisi keilmuanya," ungkap Abidul Mursyid.

Dalam pandangannya, di saat warga mengamalkan istighotsah, diketahui bacaannya bermacam mulai dari segi bacaan, jumlah pelafalan, sampai irama atau nada. “Keberagaman tersebut tak lain karena dipengaruhi kondisi (waktu) serta kearifan lokal warga,” jelasnya.

Bagaimana kalau membaca Istighotsah, sedangkan tidak mendapatkan ijazah istighotsah itu. “Apakah barokah kalau kita membacanya?" tanya Abidul Mursyid.

Syamsuddin Salim, narasumber kajian bedah sejarah dan keutamaan istighotsah menjelaskan, boleh membaca istighotsah secara langsung, meski belum mendapatkan ijazah Istighotsah tersebut. “Karena pembaca tetap mendapatkan barokah,” jawabnya.

Kendati demikian ia memberikan persyaratan. "Yang penting jangan lupa tawassulnya. Kirim fatihah kepada beliau yang menyusun wirid istighotsah ini," tegas Syamsuddin.

Selain memaparkan sejarah dan keutamaan istighotsah, pria yang sekaligus dosen di UINSA tersebut juga membagikan buku tentang sejarah istighotsah yang diterbitkan PW LTNNU Jawa Timur.

Sementara itu salah satu peserta perwakilan dari IPNU Pimpinan Aanak Cabang Waru, Hasyim Asy'ari mengaku senang dengan adanya kajian ini. “Sebab, dengan adanya kajian seperti ini, mampu menambah semangat dan keyakinan dalam mengamalkan ajaran atau amaliah NU,” ujarnya.

Setelah mengikuti kajian ini, dirinya lebih yakin akan sejarah istighotsah. Sebab ketika memberikan materi, narasumber menjelaskan dengan rinci sanad-sanad keilmuan Kiai Romly Tamim. “Dari situ, saya lebih semangat mengamalkan amaliyah NU ini," tukasnya. (Moh Kholidun/Ibnu Nawawi)