Daerah

Senin Pahingan, Cara Ansor Bawean Menyapa Jamaah

Sen, 23 Desember 2019 | 02:00 WIB

Senin Pahingan, Cara Ansor Bawean Menyapa Jamaah

Senin Pahingan di Dusun Duku, Desa Sungai Rujing Sangkapura, Bawean, Gresik. (Foto: NU Online/Ibnu N)

Gresik, NU Online
Banyak cara yang dilakukan untuk menyapa jamaah atau warga. Kemasannya beragam, yang ujung-ujungnya adalah menambah pengetahuan agama, konsolidasi, serta memastikan terus bersama warga.
 
Hal itu juga yang dilakukan Rijalul Ansor Bawean, Gresik, Jawa Timur dengan Senin Pahingan.  Kegiatan tersebut merupakan agenda keagamaan yang sudah berjalan beberapa bulan lalu yang dilaksanakan sekali dalam sebulan dari desa ke desa.
 
Dan untuk Senin (22/12) malam kali ini, acara dipusatkan di Dusun Duku, Desa Sungai Rujing Sangkapura, tepatnya di mushala Baiturrahman depan rumah lurah sekaligus kader Gerakan Pemuda Ansor Sungai Rujing, Zainal Abidin.
 
Kegiatan dibuka dengan pembacaan surat Yasin, tahlil dan salawat. Sedang acara sambutan diisi ketua Pengurus Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor, perwakilan Kecamatan Sangkapura.
 
Pemberi mauidul hasanah oleh Kiai Ahmad Sodiq selaku Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bawean dan doa oleh Kiai Fuat Faruq, Ketua PC Rabithah Ma’ahid Islamiyah NU Bawean. Sedangkan jamaah adalah seluruh anggota dan kader Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP ANSOR se-Bawean, pengurus PCNU Bawean serta warga setempat.
 
Kiai Ahmad Sodiq menyampaikan hendaknya terus melakukan introspeksi diri untuk mengenal siapa diri dan hakikat yang ada.
 
“Karena salah satu unsur untuk bisa mengenali Tuhan yaitu dengan mengenali diri kita terlebih dahulu,” kata kiai yang dikenal dengan sebutan Pak Osdek tersebut. 
 
Kiai asal Dusun Daun ini tersebut menjelaskan bahwa hakikat manusia hidup di bumi tugasnya hanya beribadah kepada Allah SWT. Pada saat yang bersamaan juga menanyakan kepada diri sendiri dari mana, mau ke mana, serta apa yang mesti harus lakukan.
 
Hakikat agama sebagai nasihat dan wajib dipahami dan dipelajari kaum Muslim. “Untuk itu, maka hendaknya kita senantiasa membuka diri untuk selalu mengambil pelajaran dan mencari pengetahuan terlepas dari siapa yang menyampaikan,” urainya.
 
Terkait kehidupan, dirinya menyebut sebagai sebuah cerita, yang mana kehidupan secara garis besarnya terbagi menjadi 4 fase. Pertama adalah dunia dalam kandungan, dimana masa itu manusia sudah berikrar kepada Tuhannya bahwa tiada Tuhan selain Allah.
 
“Kedua, yakni kehidupan di dunia, di mana merupakan penentu di mana manusia akan tinggal di kehidupan selanjutnya yakni sesuai dengan amal perbuatan,” jelasnya.
Ketiga yaitu alam barzah atau alam kubur, di mana manusia akan kembali dihidupkan oleh Allah SWT, dan di tempat itulah manusia diibaratkan tenggelam dalam sebuah lautan.
 
“Artinya di mana di tempat itu manusia sangat membutuhkan pertolongan untuk didoakan oleh manusia yang masih hidup di dunia, kecuali mereka yang mendapatkan nikmat kubur. Dan di mana alam kubur juga sebagai penentu untuk perjalanan selanjutnya sebagai kehidupan yang hakiki.
 
Dan yang keempat adalah alam akhirat.
 
“Di mana manusia akan dipertanggungjawabkan segala amal perbuatannya selama hidup di dunia, dan di alam itulah sebagai penentu di mana rumah atau tempat yang layak bagi manusia untuk ditinggali, dan pada saat itulah mereka akan masuk ke rumahnya apakah neraka dan surga sesuai dengan kelompok dan benderanya masing-masing,” ungkapnya.
 
 
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Aryudi AR