Daerah

Seperti Mitsaq Madinah, NKRI Perjanjian Masyarakat Majemuk

NU Online  ·  Senin, 31 Oktober 2016 | 03:11 WIB

Jombang, NU Online
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Agama Islam (PAI) Jombang, Jawa Timur bersama Ikatan Remaja Muslim (Ikram) berkomitmen untuk menguatkan Islam yang menebar kasih sayang kepada semua (rahmatan lil ‘alamin).

Hal itu tercermin dari penyelenggaraan acara Muhasabah Tahun Baru 1438 H dengan tema “Mewujudkan Karakter Remaja Muslim dengan Spirit Islam rahmatan lil 'Alamin” di Islamic Center Masjid Agung Baitul Mukminin Jombang, Ahad pagi (30/10). Kegiatan diiringi dengan iringan shalawat al-Banjari.
 
"Acara ini dimaksudkan agar para siswa didampingi pemahaman Islam yang mainstream, yaitu Islam yang ramah dan moderat dan terlindungi dari sementara kalangan Muslim yang ekstrem," ujar Ketua MGMP PAI Jombang, Shalahuddin.

Direktur Aswaja NU Center Jombang Yusuf Suharto mengatakan bahwa muhasabah atau introspeksi diri adalah sebuah keniscayaan.

"Kita muhasabah dalam banyak kesempatan antara lain, di Ramadhan, di Syawal, dan di bulan Muharram. Muharram adalah bulan pertama dalam hitungan tahun hijriah. Momentum Muharram sebagai bulan introspeksi adalah tepat karena bulan ini adalah awal bulan tahun hijriah, dan bulan yang setelah bulan haji di mana banyak berkumpul kaum muslimin dari seluruh dunia untuk ibadah haji," ujarnya di hadapan para siswa, dan guru MGMP PAI se-Jombang.
 
Menurutnya, tahun baru Islam ini disebut dengan hijriah karena ditandai dengan peristiwa hijrah Nabi Muhammad ke Madinah. Hijrah ini adalah gerakan nyata yang perlu dicatat sejarah. Hijrah Nabi disepakati sebagai penanda penting kalender Islam pada masa kepemimpinan Umar bin Khatab.

"Di antara yang dilakukan Rasulullah adalah beliau membuat Mitsaq Madinah atau Piagam Madinah, dan itu mengikat tidak hanya kepada masyarakat Madinah yang muslim, tapi juga nonmuslim. Inilah penghargaan kemajemukan yang dicontohkan Rasulullah," kata pengurus Dewan Pendidikan Jombang ini.

Yusuf juga mengatakan, NKRI adalah bentuk perjanjian bersama antarmasyarakat Indonesia yang majemuk. “Islam rahmatan lil alamin dalam konteks berbangsa dengan demikian adalah Islam yang merahmati tidak hanya kepada sesama muslim, tetapi bahkan kepada seluruh masyarakat Indonesia," imbuhnya.

Ia mengingatkan bahwa semangat cinta tanah air sudah diajarkan oleh para ulama Nusantara, antara lain oleh KH Abdul Wahab Chasbullah dengan Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916, dan gubahan lagu Ahlal Wathan pada 1934.

“Karakter Islam Nusantara adalah karakter Islam yang moderat. Mari kita menjadi bagian dari Muslim negeri ini, dengan prinsip Islam yang rahmat, Islam yang lembut pada tempatnya dan tegas pada tempatnya," pungkas dosen Aswaja Institut Pesantren KH. Abdul Chalim (IKHAC) Pacet Mojokerto Jatim ini. (Red: Mahbib)