Daerah

Setelah 15 Tahun, Ketua PWNU Papua Baru Bisa Mudik

Sab, 8 Juni 2019 | 14:30 WIB

Setelah 15 Tahun, Ketua PWNU Papua Baru Bisa Mudik

Ketua PWNU Papua (baju putih lengan panjang) bersama familinya asal Papua di Jakarta

Jayapura, NU Online
Lebaran tahun ini bagi Ketua PWNU Papua, Ustadz Tony Victor Mandawiri Wanggai sungguh beda. Sebab, alumnus S2 UIN Syaif Hidayatullah Jakarta ini, biasanya selalu menjadi imam dan  khotib shalat Idul Fitri di Jayapura. Dan setelah itu menggelar open house, menerima kunjungan sanak fimili dan tetangga.

“Tahun ini free (dari imam dan khotib shalat Idul Fitri) dulu, jadi jamaah mustami’ di kampung istri,” ujarnya kepada NU Online via aplikasi pesan Whatsapp, Jumat (7/6).

Menurut Ustadz Tony, lebaran tahun ini dirinya memilih mudik ke kampung halaman istrinya di Ciawi, Bogor, Jawa Barat setelah 15 tahun tak pernah mudik lebaran. Itu karena ia memiliki seabrek kesibukan, baik sebagai dosen, Ketua PWNU maupun muballigh. Rasa kangen ke kampung halaman dan sanak famili di Bogor, membuat Ustadz Tony ingin cepat berlebaran. Bahkan sebelum tanggal 26 Mei 2019, Ustadz Tony dan keluarga sudah terbang ke Bogor. Tak tangggung-tanggung, ia baru kembali ke Jayapura tanggal 15 Juni 2019.

“Sanak famili saya yang asli Papua di Jakarta banyak, apalagi famili dari pihak istri. Jadi memang butuh waktu lama (untuk silaturrahim),” lanjutnya.

Oleh karena itu, untuk tugas-tugas ke-NU-an, Ustaz Tony mengaku sudah mendelegasikan kepada para wakilnya. Misalnya terkait undangan halal bi halal di sejumlah tempat dan instansi, itu sudah ada yang perwakilan PWNU Papua yang dipasrahi.

“Undangan-undangan seperti halal bi halal dan sebagainya, kami harus hadir karena kami punya misi. Dan ternyata di acara-acara resmi, selain kami sering memberikan tausiyah kebangsaan, kami tak jarang juga didapuk membaca doa, padahal audiennya kebanyakan non Muslim,” terangnya.

Misi yang dimaksud Ustadz Tony adalah ajaran  Ahlussunnah wal jamaah (Aswaja), khususnya yang terkait dengan soal kebangsaan dan keumatan. Konsep NU soal Islam Nusantara yang intinya Islam rahmaan lil’alamin, Islam yang sejuk dan penuh toleran, perlu terus menerus dikumandangkan.

“Itu ciri khas kita, ciri khas NU. Jangankan di Papua, di Jawa saja masih banyak kalangan yang tidak paham Islam Nusantara, atau mungkin pura-pura tidak paham,” terang Ustadz Tony.

Ustadz Tony mungkin sedikit dari warga lokal yang menjadi pengurus NU di Papua. Ia asli kelarihan Serui. Sebuah Kota di Papua, sekaligus ibu kota Kabupaten Kepulauan Yapen.

“Bapak saya asal Serui, Papua, Ibu Banjamasin, Kalsel (Kalimnan Selalan),” ucapnya. (Aryudi AR).