Daerah

SMK NU Kaplongan Gunakan Absensi Digital Siswa yang Terkoneksi ke Orangtua

Sen, 19 September 2022 | 16:00 WIB

SMK NU Kaplongan Gunakan Absensi Digital Siswa yang Terkoneksi ke Orangtua

Dewan guru SMK NU Kaplongan. (Foto: dok sekolah).

Jakarta, NU Online
Kedisiplinan menjadi modal utama dalam menjalani kehidupan. Hal ini yang diterapkan betul di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama (SMK NU) Kaplongan, Indramayu, Jawa Barat. Penerapan ini dibuktikan dengan absensi digital menggunakan finger print.

 

Pemanfaatan teknologi finger print ini dilakukan guna dapat diketahui kapan siswa datang dan pulang. Bahkan, laporan ini dapat diterima secara langsung oleh orang tua di manapun mereka berada selama masih dapat terkoneksi dengan internet.

 

“Orang tua sudah tahu anaknya masuk kelas karena notifikasi pakai Whatsapp,” kata Kepala SMK NU Kaplongan Tobroni kepada NU Online, Selasa (19/9/2022).

 

Lebih lanjut, SMK NU Kaplongan ini saban tahun menerima peserta didik baru hingga 800 siswa. Saat ini, total keseluruhan siswa mencapai 2.400 orang yang tersebar di 60 kelas. Mereka terbagi ke dalam tujuh studi keahlian, yakni (1) Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran, (2) Multimedia, (3) Teknik Kendaraan Ringan (TKR), (4) Teknik Elektronika Industri, (5) Teknik Mesin, (6) Teknik Komputer Jaringan, dan (7) Teknik Bisnis dan Sepeda Motor.

 

Sebagai SMK yang berbasis NU, Tobroni menegaskan bahwa sekolah yang dipimpinnya ini menekankan akhlak sebagai pendidikan paling utama. Setelah itu, pengetahuan dan keterampilan mereka. Sebab, dunia industri yang kelak menjadi tujuan tempat kerja para siswa juga mendahulukan hal tersebut. Tanpa akhlak yang baik, menurutnya, pengetahuan dan keterampilan itu tiada guna.

 

“Memiliki karakter yang baik. Tanpa karakter hangus,” katanya.

 

Oleh karena itu, Tobroni juga membekali anak didiknya dengan 5K untuk menggapai kesuksesan. Pertama, komunikatif ketika bekerja. Ia mengingatkan siswanya untuk dapat menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh elemen di dunia industri itu, mulai dari pimpinan, karyawan, hingga konsumen.

 

Kedua, komitmen. Komitmen ini lebih khusus lagi ditujukan untuk membesarkan perusahaan. Ketiga, kompeten sesuai bidang yang digelutinya. Keempat, konsisten dalam bekerja. Kelima, kerja sama secara kreatif dengan sesama. Ia tidak menginginkan siswanya sukses sendiri. Baginya, sukses sendirian adalah suatu kegagalan.

 

Sebagai SMK yang berbasis NU, Tobroni juga mewajibkan seluruh anak didiknya mampu menguasai 5T, yakni (1) tahlil dan memimpinnya, (2) talqin dan membacakannya, (3) tausiyah dan menyampaikannya, (4) tajwid sebagai sarana untuk membaca Al-Qur’an dengan baik, dan (5) tarikh atau sejarah dengan membaca dan memahami Barzanji atau Marhabanan.

 

“Kalau tidak bisa ya tidak terima ijazah,” tegasnya.

 

Selain kompetensinya, nilai-nilai hidup di atas juga menjadi modal penting mereka diterima di dunia industri sesuai dengan bidangnya. Tobroni mengaku, separuh siswanya sebelum lulus sudah diterima di dunia industri, terserap di dunia kerja. 10 persen lainnya melanjutkan ke perguruan tinggi.

 

Saat pameran pendidikan pada Rakernas Lembaga Pendidikan Ma’arif NU di Universitas Islam Malang (Unisma), SMK NU Kaplongan juga hadir menampilkan kreasinya, di antaranya adalah pengembangan absensi menggunakan kodebar atau kode QR dan modifikasi sepeda menjadi sepeda motor. Hal terakhir ini langsung dijajal oleh Ketua LP Ma’arif PBNU Prof Muhammad Ali Ramdhani.

 

Pewarta: Syakir NF
Editor: Aiz Luthfi