Sungai Tercemar, Warga NU Karangrandu Gelar Upacara di Bantaran Kali
NU Online · Jumat, 18 Agustus 2017 | 07:05 WIB
Warga Desa Karangrandu Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara yang terdiri atas unsur Yayasan Pendidikan Al-Alawiyah, NU Ranting, Pemerintah Desa (Pemdes) serta komunitas Jogo Kali melaksanakan upacara bendera 17 Agustus di Bantaran Sungai Karangrandu, Kamis (17/8) pagi.
Upacara bendera yang diikuti oleh ratusan warga itu merupakan bentuk keprihatinan warga desa setempat atas penceraman yang menimpa sungai yang terjadi sejak 2015 yang lalu.
Beberapa warga yang turut mengikuti upacara tujuh belasan itu membentang poster. Di antara poster yang dibentang warga bertuliskan “Kaliku Ora Peceren (Sungaiku Bukan Comberan)”, “Karangrandu Dikepung Racun”, “Air Sumur Ireng, Air Kulah Ireng, Kopiku Ireng, Ireng Kabeh” dan “Uwwek…!! Buwasine Kaliku (Bau Sekali Sungaiku)”.
Petinggi Karangrandu, Syahlan mengatakan, upacara ini dilaksanakan untuk memperingati hari kemerdekaan ke-72 Republik Indonesia.
Aksi ini merupakan bentuk keprihatinan atas pencemaran sungai yang menimpa desanya. “Kegiatan ini sebagai bentuk solidaritas agar mulai pemerintah pusat sampai kabupaten segera menindak oknum yang tidak bertanggung jawab ini,” tegasnya usai upacara selesai.
Syahlan yang saat itu didaulat sebagai inspektur upacara juga menyampaikan amanat meminta agar sungai yang airnya kini berwarna hitam pekat dikembalikan seperti semula.
Ia menjelaskan kejadian itu sudah mulai tahun 2015 lalu. Pihaknya November tahun itu juga sudah melayangkan surat untuk Balai Lingkungan Hidup (BLH).
Dampak penceraman itu menyebabkan sektor pertanian terkendala serta air sumur warga tak bisa dikonsumsi. “Kami berharap pihak-pihak yang terkait memikirkan dan memedulikan kali yang tercemar sehingga limbah tidak dimasukkan di sungai lagi,” harapnya.
“Apakah rakyat harus ‘mati’ karena limbah? Sehingga pihak yang terkait harus segera menangani masalah ini,” harapnya lagi.
Dalam upacara ini juga dibacakan tujuh pernyataan sikap yang dibacakan M Fida Busyro. Di antara beberapa poin yang dibacakan Wakil Ketua GP Ansor Karangrandu ialah pihaknya mendesak penghentian dan pelarangan pembuangan limbah dan sampah di sepanjang sungai Karangrandu dari ilir sampai hulu dengan alasan apa pun.
Di samping itu juga menuntut dikembalikannya kali gede desa Karangrandu sebagai kali kramat yang memberi penghidupan yang aman, bersih dan sehat sehingga mengembalikan desa Karangrandu sebagai lumbung padi Jepara.
Mereka menuntut pemerintah pusat, Pemrov Jateng, Pemkab Jepara, kepolisian, TNI, pelaku industri dan semua stake holder untuk mengambil kebijakan, langkah, solusi nyata, dan cepat untuk: “Balikno Kaliku (Kembalikan Sungaiku), Balikno Banyuku (Kembalikan Airku)”, “Asale Resik Balik Resik (Mulanya Bersih Kembali Bersih)”, “Asale Sehat Balik Sehat (Mulanya Sehat Kembali Sehat)”, “Asale Jernih Balik Jernih (Mulanya Jernih Kembali Jernih)”, “Asale Seger Balik Seger (Mulanya Segar Kembali Segar)”.
Di atas kain putih sepanjang 1 x 7 meter warga juga membubuhkan tanda tangan sebagai petisi masalah pencemaran itu. Pembacaan shalawat nariyah sebanyak 11 kali juga mewarnai aksi di samping pembacaan puisi Penceraman Sungai dibawakan bersama Sanggar Seni Sajojo, Karangrandu sebagai bentuk kritik seniman desa menanggapi kondisi tersebut. (Syaiful Mustaqim/Alhafiz K)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Khutbah Jumat: Menyambut Idul Adha dengan Iman dan Syukur
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Khutbah Jumat: Jangan Bawa Tujuan Duniawi ke Tanah Suci
6
Khutbah Jumat: Merajut Kebersamaan dengan Semangat Gotong Royong
Terkini
Lihat Semua