Daerah

Tahlilan Siber PMII Trisula Bentengi NU dari Berbagai Serangan

Jum, 13 April 2018 | 22:00 WIB

Temanggung, NU Online
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Trisula Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Temanggung, Jawa Tengah menggelar tahlilan siber yang dihadiri kader, Kamis (12/4). Kegiatan dalam rangkaian ulang tahun ke-58 PMII. 

Pada kegiatan yang diawali tahlilan ini mendaulat Hamidulloh Ibda yang juga dosen STAINU Temanggung memaparkan materi deteksi peta media Aswaja NU.

Dijelaskan pengurus bidang literasi media Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Jawa Tengah ini bahwa peta media dalam jaringan (daring), siber, radio, youtube dan media sosial saat ini sudah dikuasi mereka yang berafiliasi pada organisasi Islam radikal. "Faham mereka itu takfiri, mengafirkan, tabdi' atau menbid'ahkan, dan antitradisi,” kata penulis buku Sing Penting NUlis Terus tersebut.

Pihaknya juga menambahkan, bahwa ciri utama media yang suka mengafirkan cenderung ingin mengubah dasar negara, anti-Pancasila, klaim paling benar sendiri. “Dan suka menyalahkan umat Islam yang tidak sama dengan dirinya,” urainya.

"Secara umum, kami memetakan media Islam itu ada empat,” urainya.

Pertama media Aswaja NU yang jelas selalu mendukung NU, NKRI dan selalu toleran. “Kedua, media Aswaja tapi rasa Wahabi atau biasa disebut Asrabi,” katanya. 

Sedangkan ketiga, media mainstream Salafi Wahabi yang selalu mengklaim paling benar sendiri. “Menyalahkan umat Islam yang tidak sama dengan mereka, dan kontennya jelas menentang Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945,” terangnya. 

Sedangkan keempat adalah media umum tapi kadang mendukung dan menyudutkan NU. “Kita harus baca dulu siapa orang di belakangnya," pesannya.

Ia juga mengajak para peserta untuk tidak hanya bengong ketika melihat ulama, kiai, dan NU diserang dengan fitnah melalui media siber. "Kalau kita diam, akan diinjak terus. Makanya kita harus melawan dengan berita yang toleran, menyuguhkan data, dan hujjah yang sahih," katanya.

Para tim siber yang dibentuk dalam kegiatan itu, bertugas melaksakan pengawalan terhadap serangan kepada NU dalam aspek akidah, amaliah, fikrah dan harakah. "Hampir semua pemberitaan tentang Islam saat ini dikuasai Islam radikal. Maka umat Islam harus diselamatkan minimal dari pemutusan mata rantai konsumsi media Islam yang tidak berfaham Aswaja NU," ujar pria asal Pati tersebut.

Sementara itu, Yasin selaku panitia pelaksana mengharapkan peserta berperan aktif menjaga Islam, NU, NKRI dan ulama Nusantara. Dirinya mengemukakan sudah membuat Rencana Tindak Lanjut (RTL). 

Nantinya. Seluruh peserta akan masuk ke dalam tim siber NU Temanggung dan wajib aktif di sejumlah job. “Mulai dari penulisan berita, media sosial, meme sampai dengan video. Jadi ini bentuk kepedulian terhadap penyelamatan ajaran Islam yang ramah, berfaham Aswaja NU agar tidak selalu difitnah," ujar Yasin yang juga Presiden BEM STAINU Temanggung itu.

Di akhir acara, mereka langsung praktik menulis berita yang bernafaskan Islam Aswaja NU dengan harapan bisa menjadi bagian dari cinta Islam, NU dan NKRI. (Egi/Ibnu Nawawi).