Daerah

Tahun Politik, Jangan Sampai Intoleransi Dibiarkan

NU Online  ·  Jumat, 3 Januari 2014 | 14:08 WIB

Jakarta, NU Online
Selama tahun 2013, berbagai tindakan intoleransi masih muncul di Indonesia dan dikhawatirkan, kondisi serupa masih berlangsung di Indonesia pada 2014 mendatang, yang merupakan tahun politik, ketika fokus perhatian publik Indonesia pada masalah pemilihan umum.
<>
Demikian benang merah yang bisa diambil dari pertemuan yang digagas oleh Gerakan Masyarakat Penerus Bung Karno di Jakarta, Jum’at (3/1).

Zulfan Lindan, ketua umum GMP Bung Karno merasa prihatin dengan adanya pemuka agama dan pejabat pemerintah yang mengembangkan perspektif intoleran dalam penyelenggaraan negara yang hanya boleh mencirikan mazhab agama tertentu dengan cara menindas dan memfitnah kelompok agama dan keyakinan lain yang berbeda. 

Sementara itu Umar Shahab dari Ahlul Bait Indonesia berharap tidak terjadinya pembiaran atas berbagai kekerasan atas nama agama yang terus membesar dan mengancam kesatuan dan persatuan Indonesia. “Kalau lambat menangani dan membesar, akan sulit dipadamkan dan bisa seperti di Timur Tengah.”

Sementara itu Sekretaris Eksekutif Bidang Diakonia PGI, Jeirry Sumampow menegaskan, masyarakat Indonesia pada intinya dari dulu sudah bersikap toleran, tetapi hubungan toleransi saat ini juga tidak bisa dikatakan berlangsung dengan baik. Menurutnya, penghargaan yang diterima SBY atas toleransi yang terjadi di Indonesia bukan karena kerja pemerintah, melainkan karena peran masyarakat sendiri.

Anggota parlemen Eva Kusuma Sundari disisi lain berpendapat, intoleransi berkembang karena kelompok mayoritas terdiam. Kalah dengan kelompok kecil yang bisa berteriak keras. Ia juga meminta kelompok pegiat pluralisme agar merefleksikan diri karena bersikap elitis, sementara kelompok intoleran mampu menjangkau akar rumput. (mukafi niam)