Daerah

Tantangan Perpustakaan Keagamaan: Dari Digitalisasi hingga Selektif Memilih Informasi

Jum, 4 Agustus 2023 | 16:00 WIB

Tantangan Perpustakaan Keagamaan: Dari Digitalisasi hingga Selektif Memilih Informasi

Sekretaris MUI Provinsi Lampung HM Faizin saat memberikan materi pada Bimtek Perpustakaan Masjid Tahun 2023 di Aula Hotel Alvia, Bandarlampung, Jumat (4/8/2023). (Foto: Kemenag Lampung)

Bandarlampung, NU Online
Di era digital saat ini, perpustakaan harus terus berbenah melakukan inovasi terhadap perkembangan teknologi. Sumber informasi dan data seperti buku dan media-media lainnya kini mulai didominasi media berbasis digital. Perpustakaan yang dulu identik dengan buku berjajar di rak, kini sudah harus beradaptasi dengan soft file atau software yang cenderung efektif dan efesien.


Selain tantangan untuk melakukan digitalisasi, perpustakaan yang fokus pada bidang keagamaan juga dituntut untuk lebih selektif dalam memilah dan memilih sumber referensi yang nantinya akan menjadi koleksi dalam perpustakaan.


Hal tersebut dikatakan Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung H Muhammad Faizin saat memberikan materi pada Bimtek Perpustakaan Masjid Tahun 2023 di Aula Hotel Alvia, Bandarlampung, Jumat (4/8/2023).


“Hal ini penting karena di era internet saat ini, masyarakat perlu untuk diberikan pemahaman dan penguatan literasi digital sehingga tidak terpengaruh oleh paham-paham keagamaan transnasional yang saat ini melakukan penetrasi melalui media digital,” kata Faizin dalam keterangan tertulis kepada NU Online, Jumat.


“Tantangan insan perpustakaan saat ini cukup berat. Mereka harus terus melakukan inovasi agar masyarakat tertarik untuk datang ke perpustakaan. Sementara saat ini, informasi mudah diakses dengan mudah melalui smartphone,” sambungnya.


Ia mengatakan bahwa di era banjir informasi saat ini, para insan perpustakaan juga dituntut untuk memperkuat literasi digital masyarakat sekaligus menjadi contoh yang baik dalam mengakses informasi. Menurutnya, jika dulu banyak orang yang sukses dan selamat karena memiliki informasi, saat ini, orang yang sukses dan selamat adalah mereka yang bisa menyaring informasi.


“Hati-hati dengan jebakan algoritma. Di satu sisi bermanfaat untuk mengakses referensi yang sejenis saat mengakses internet, namun di sisi lain bisa menghantarkan seseorang merasa paling paham dengan pengetahuan yang dimilikinya,” ungkapnya.


Dalam materi Memahami Informasi dan Literasi  Islam Berwawasan Moderat, jurnalis NU Online ini menjelaskan bahwa algoritma adalah sebuah sistem yang bekerja secara otomatis dengan memberikan rekomendasi dan rujukan sesuai dengan prilaku warganet dalam bermedia sosial dan menjadikannya ‘tersandra’ di dunia maya.


Akibat jebakan algoritma ini, seseorang akan mengakses konten-konten yang serupa secara sistematis sehingga ia akan terisolasi karena itu-itu saja yang dikonsumsinya. Sehingga walaupun banyak informasi lain yang mampu memberi nuansa baru dalam bermedsos, namun tidak terakses sehingga ia akan menjadi seperti istilah ‘katak dalam tempurung’. Merasa sudah tahu semuanya, namun ternyata begitu tempurung dibuka, ternyata dunia sangatlah luas.


“Kalau tontonan dan sumbernya itu-itu saja, karena memang sudah disodorkan oleh sistem algoritma, maka bisa dipastikan belajar agamanya akan seperti model penceramah yang ditontonnya,” katanya pada kegiatan yang diselenggarakan oleh Kanwil Kemenag Provinsi Lampung itu.


Oleh karenanya, ia mengajak insan perpustakaan khususnya perpustakaan masjid untuk terus memperkuat literasi digital untuk kemaslahatan jamaah.


Kegiatan ini menurut koordinator kegiatan, Darno, diikuti oleh perwakilan pengurus perpustakaan masjid di 15 kabupaten/kota di Lampung. Selain itu, dihadirkan juga para operator dan teknisi yang nantinya akan menjadi pengelola perpustakaan masjid untuk lebih mengembangkannya. Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 hari, Rabu-Jumat, 2-4 Agustus 2023.