Semarang, NU Online
Kehadiran teknologi komunikasi mengubah perilaku umat Islam di Indonesia dalam melakukan saling memaafkan atau halal bi halal saat merayakan Idul Fitri, setelah selesai menjalankan salah satu rukun Islam puasa bulan ramadhan.
Pengasuh Pesantren Riset Al-Khawarizmi Semarang, KH Syamsul Ma’arif mengatakan, tradisi halal bi halal atau saling memaafkan antar sesama Islam saat Idul Fitri merupakan kearifan lokal yang diprakarsai KH Abdul Wahab Hasbullah saat para elit bangsa Indonesia di awal kemerdekaan terjebak dalam pertentangan yang mengancam keutuhan NKRI.
“Dengan agenda halal bi halal inilah suasana ketegangan menjadi cair. Komunikasi antar elit di saat bangsa Indonesia menghadapi kesulitan mencair, sehingga suasana kebatinan dan kebersaaan kembali mucul,” ujar Kiai Syamsul saat memberikan sambutan dalam kegiatan reuni santri dan halal bi halal di pesantren yang dipimpinnya, Sabtu (21/7).
Menurutnya, dengan mencairnya suasana itu, akhirnya hubungan harmonis antar elit kermbali terwujud, segala pertentangan dan perdebatan yang berlangsung di ruang sidang atau rapat tidak berlanjut diluar. Bahkan yang terjadi, di dalam ruang sidang mereka saling gontok-gontokan tetapi seusai sidang bisa makan dan berjalan bersama-sama seakan tidak terjadi perbedaan apa-apa.
Kondidi itulah, lanjutnya, hikmah halal bi halal, ucapan saling minta maaf dan saling memaafkan saat bertemu secara fisik menumbuhkan rasa empati, rasa saling memiliki dan menyayangi, rasa persaudaraan, kebersamaan, kebersahayaan, dan keharmonisan.
Namun dengan hadirnya alat komunikasi di era industri yang berlanjut pada era tekonologi komunikasi, informasi dan digitalisasi perlahan tetapi pasti trandisi halal bi halal yang mempertemukan secara fisik mulai ditinggalkan.
Dia menambahkan, ungkapan pengakuan salah yang disusul dengan permohonan maaf tidak langi disampaikan dengan berhadap-hadapan, tetapi cukup dilakukan melalui saluran komunikasi.
Demikian pula sebaliknya ungkapan memaafkan juga dilewatkan saluran komunikasi seperti HP, android dan sebagainya melalui pesan singat, istragram, WA, facebook dan sebagainya.
Dalam kegiatan reuni dan halal bi halal yang mengusung tema Refleksi Halal bi Halal Membangkitkan Kesadaran Sosial-Spiritual, Belajar Pengalaman Guru-Guru Sufi, menampilkan pembicara KH Imam Taufiq, staf pengajar SMA Internasional Boarding School Semesta Gungungpati Semarang. (Samsul/Muiz)