Banjar, NU Online
Dalam kajian kitab Bidayatul Hidayah di Masjid Al-Edros Langensari, Kota Banjar, Jawa Barat, Ahad (12/5), Kiai Muhammad Idris menjelaskan, ada makhluk yang paling dikhawatirkan oleh Rasulullah Saw ketimbang dajjal.
"أنا من غير الدجال أخوف عليكم من الدجال فقيل: وما هو يارسول الله؟، فقال: علماء السوء"
"Ada yang paling aku khawatirkan dari kalian ketimbang Dajjal. Beliau kemudian ditanya, Apa itu wahai Rasulullah?` Beliau menjawab, ulama su` (buruk)."
Ulama su', kata Kiai Idris, adalah ulama akhir zaman yang paling dikhawatirkan oleh Rasulullah Saw ketimbang dajjal. Sebab, dajjal memang bertujuan menyesatkan, sedangkan ulama ini, walaupun lidah dan ucapannya memalingkan manusia dari dunia, tapi amal perbuatan dan keadaannya mengajak manusia ke sana.
Ulama su' mempergunakan ilmunya sebagai sarana untuk memperbanyak harta, serta untuk berbangga dengan kedudukannya dan menyombongkan diri dengan besarnya jumlah pengikut. Ilmunya menjadi tumpuan untuk meraih sasaran duniawi.
"Bersamaan dengan itu, ia masih mengira bahwa dirinya mempunyai posisi khusus di sisi Allah karena ciri-ciri, pakaian, dan kepandaian berbicaranya yang seperti ulama. Padahal, ia begitu tamak kepada dunia lahir dan batin," tuturnya.
Dijelaskan pula dalam kitab yang menjelaskan tentang Fiqih Tasawuf tersebut bahwa ulama su' dalam perkataannya tidak sesuai dengan perbuatannya, sehingga dalam Al-Qur'an Allah Swt telah memberikan sebuah peringatan kepada ulama tersebut.
"يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ" Wahai orang-orang yang beriman. Mengapa kalian mengatakan apa-apa yang tak kalian lakukan?" kata Kiai Idris mengutip Al-Qur'an Surat Ash-Shaff ayat 2.
Di akhir kajian, Kiai Muhammad Idris mengimbau jamaah untuk lebih berhati-hati dalam mengikuti ulama. Apalagi di zaman sekarang banyak orang-orang yang mengaku sebagai ulama, banyak orang yang baru bisa berbicara di sosial media sudah disebut ulama, padahal keilmuan dan sanad keilmuannya masih dipertanyakan.
Oleh karena itu, kiai Muhammad Idris mengajak kepada para santri untuk mengikuti para ulama yang sudah tidak diragukan keilmuan dan sanad keilmuannya. "Sehingga tidak terperangkap dalam kesesatan ulama su' tersebut," pungkasnya. (Agus Ahmad Fauzi/Kendi Setiawan)