Daerah

Terapkan 14 Protokol Kesehatan, Beginilah Penampakan Shalat Jumat di Masjid Al Akbar Surabaya

Jum, 19 Juni 2020 | 18:25 WIB

Terapkan 14 Protokol Kesehatan, Beginilah Penampakan Shalat Jumat di Masjid Al Akbar Surabaya

Tampak jamaah shalat Jumat di Masjid Alkbar Surabaya, Jumat (19/6).

Surabaya, NU Online 

Masjid Nasional Al Akbar, Surabaya, kembali menggelar shalat Jumat di tengah wabah pandemi Covid-19. Masjid yang terletak di Desa Pagesangan, Kecamatan Jambangan, ini tidak menerapkan sistem ganjil genap, semua warga sekitar dan masyarakat yang melintas diperkenankan masuk. Hanya saja, jamaah yang hadir harus mengikuti standar kesehatan yang telah ditetapkan oleh pengelola.

 

“Sekitar dari 10 ribu jamaah yang melaksanakan shalat jumat di Masjid Al Akbar Surabaya wajib menggunakan 14 protokol kesehatan saat melaksanakan shalat jumat berjamaah,” kata H Helmy M Noor, Sekretaris Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, saat dikonfirmasi setelah shalat Jumat, (19/6).

 

14 protokol kesehatan yang diterapkan oleh pengelola masjid di antaranya adalah phisycal distancing di area wudhu. Termasuk penyediaan sabun tangan di lokasi wudhu dan toilet. “Agar para jamaah nyaman, Masjid Al Akbar Surabaya telah melauching green toilet oleh Gubernur Jawa Timur dengan konsep bersih, ramah, wangi dan tentunya nyaman bagi jamaah,” tutur Helmy.

 

Selain jaga jarak dan mencuci tangan, pihak pengelola masjid juga telah menyiapkan handsanitizer di tiga pintu masuk, dan handsanitizer portabel jemput jamaah.

 

Sebelum jamaah masuk masjid terlebih dahulu dicek suhu badan dengan thermal gun di tiga pintu masuk, lalu jamaah melewati bilik sterilisasi. “Kami juga menyiapkan supervisi tiga dokter dengan dilengkapi klinik dan dua ambulans,” kata pria kelahiran Tegal, Jawa Tengah ini. 

 

Protokol kesehatan tidak hanya diberlakukan kepada jamaah, tapi kepada muazin, khotib dan imam seluruhnya wajib mengenakan masker.

 

Untuk mempersingkat perkumpulan dengan jumlah yang banyak, durasi khutbah diperpendek, bacaan surah dalam shalat juga dipilih yang tidak terlalu panjang.

 

Jarak shaf antar jamaah direnggangkan hingga 2 meter. Samping kanan-kiri, dan 2 meter depan-belakang. “Jarak shalat kami buat zig zag, agar para jamaah nyaman dan tidak perlu khawatir,” tutur pria yang juga Ketua LDNU Kota Surabaya ini.

 

Untuk menghindari kerumunan jamaah yang biasa terjadi usai shalat, maka sandal atau sepatu wajib dibungkus tas plastik dan dibawa masuk serta ditaruh di samping shaf shalat. Pintu masuk hanya dibuka tiga dari 45 pintu yang ada. Setelah shalat, seluruh pintu dibuka, dan jamaah selalu diimbau agar berbaris rapi. 

 

“Penyemprotan disinfektan secara rutin dilakukan sehari lima kali satu jam sebelum pelaksanaan shalat dengan mesin pembersih lantai yang sudah dicampur disinfektan,” pungkas Helmy.

 

Kontributor: Rof Maulana

Editor: Zunus Muhammad