Daerah

Termotivasi Ibu Nyai, Santri Lasem Ini Berhasil Hidupkan Sembilan Tempat Ngaji 

Sen, 4 Mei 2020 | 10:00 WIB

Termotivasi Ibu Nyai, Santri Lasem Ini Berhasil Hidupkan Sembilan Tempat Ngaji 

Paguyuban Santri Kalong Palang di Tuban sedang mengikuti pengajian rutin. (Foto: Dok. Wasis)

Kudus, NU Online
Sejak mondok di Pesantren Al-Hidayat Lasem Rembang, Jawa Tengah, Wasis Syaifur Rosyid (31) ingin mengembalikan suasana keramaian mengaji di masjid dan musholla sekitar rumahnya di Tuban, Jawa Timur. Setelah lulus dari pesantren Mbah Ma'shum itu, ia bersama sejumlah pemuda desa setempat berhasil menghidupkan sembilan tempat ngaji di daerahnya.

“Saya sedih lihat masjid-masjid dan musholla sepi setiap malam. Berbeda dengan jaman dulu yang ramai dengan anak-anak yang mengaji. Dari situ saya ada keinginan untuk mengembalikan suasana masjid seperti dulu,” terangnya kepada NU Online, Senin (4/5).

Wasis, sapaan akrabnya, motivasi terbesarnya adalah pesan Almaghfurlaha Nyai Hj Azizah Ma’shum Lasem, bahwa sebaik-baik manusia adalah yang memberikan manfaat bagi orang lain. Wasis mengaku, kalimat tersebut selalu terngiang di telinganya.

“Beliau dawuh, meskipun tidak kaya tetap harus membantu orang. Meskipun tidak bisa mengaji ya dengan mengajak orang lain untuk mengaji, tidak harus dengan mengajar,” ungkapnya.

Ia menambahkan, bahwa dirinya menjadi jembatan antara orang-orang alim di daerah setempat dengan masyarakat awam. Menurutnya, komunikasi yang kurang baik antara keduanya menyebabkan banyak masjid dan musholla sepi.

Wasis mengakui tidak mudah memperjuangkan semuanya. banyak masyarakat yang menentang keinginannya waktu itu. Meski berusaha sendiri awalnya, ia terus berjuang dengan semangat hingga mendapat bantuan dari sepupunya dengan mengajar kitab di masjid. Sementara itu,, ia berkeliling untuk mengajak masyarakat mengaji.

“Sebelumnya, saya juga pernah berkeliling kampung mengkampanyekan untuk mengaji. Mulai di warung kopi hingga rental play station (PS). Bahkan, di warung tempat jual minuman keras pun saya masuki. Saya melakukan semua itu atas dasar cinta dan khidmah kepada ilmu serta sang pemilik ilmu,” ungkapnya.

Setelah berjalan beberapa bulan, lanjutnya, terlihat antusias masyarakat mengikuti ngaji. Dari antusiasme tersebut, ia mulai memasukkan ajaran Ahlussunah Waljamaah an-Nahdliyah, dengan mengenalkan dunia pesantren, kiai, dan lain sebagainya. Akhirnya, ia yang didukung oleh pemuda setempat mengembangkan pengajian ke berbagai daerah sekitar.

Wasis menamai organisasinya itu Paguyuban Santri Kalong Palang. Melalui paguyuban ini, mereka berhasil menghidupkan tiga masjid, empat musholla, satu rumah, dan satu sekolah yang berada di Kecamatan Palang, Semanding, dan Kecamatan Kota Tuban sendiri sebagai tempat mengaji masyarakat sekitar.

Ia memilih pengajaran tentang ilmu Al-Qur’an karena kecintaannya kepada sang guru Nyai Hj Azizah yang dikenal dengan Al-Qur’an-nya yang luar biasa. Selain itu, Wasis menyelingi pengajarannya dengan akhlak, fikih, tasawuf dan ilmu lain yang didapatkannya selama mondok di Lasem. 

Ia mengaku, perjuangannya menghidupkan tempat ngaji di berbagai tempat  berkat bantuan tokoh masyarakat desa yang ikut mengajarkan warga sekitar. Termasuk sepupunya yang aktif mengajar hingga saat ini, antara lain Ketua Lembaga Ta'mir Masjid (LTM) NU Tuban, Kiai Bisri Imron, dan Kiai Achmad Yahya, serta masih banyak pengajar lainnya.

“Semoga Paguyuban Santri Kalong Palang ini terus berkembang dan memberi banyak manfaat. Meskipun dengan kondisi yang serba pas-pasan,” harap Wasis.

Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori