Daerah

Ulama Tak Manfaatkan Isu Sektarian untuk Kekuasan

NU Online  ·  Sabtu, 29 April 2017 | 17:13 WIB

Garut, NU Online
KH Mimih Haeruman menyerukan pentingnya untuk kembali kepada ulama yang memberikan teladan, pondasi dan pola dasar bagi tenun kebangsaan Indonesia. Kiai yang akrab disapa Ajengan Mimih tersebut menyampaikan hal itu pada rangkaian peringatan Harlah Fatayat NU ke-67 dan GP Ansor ke-83 di Pondok Pesantren Nurulhuda, Cisurupan, Kabupaten Garut. 

"Akhir-akhir ini tensi kebangsaan kita naik karena politik di Jakarta yang keras sehingga secara tidak sadar bangsa ini terasuki oleh rapuhnya kepercayaan antarmasyarakat dan rasa saling curiga. Kita juga prihatin atas politisasi agama yang digunakan untuk kepentingan politik praktis dan kontes kekuasaan," terang koordinator jawara di lingkungan NU tersebut pada tabligh akbar yang berlangsung di kompleks Pondok Pesantren Nurulhuda Cisurupan Garut pada 24 April 2017/ 27 Rajab itu.

Ajengan Mimih menambahkan, para ulama mendirikan bangsa ini dengan ikhtiar, doa serta darah dan air mata sehingga semua elemen bangsa bisa duduk sejajar dan berdiri setara. Hendaknya kondisi ini jangan dirusak oleh siapa pun. 

Dengan, demikian, lanjut Ketua Umum Pimpinan Pusat Pencak Silat NU Pagar Nusa itu, kebinekaan kita adalah salah satu hal yang harus dirawat dalam kehidupan berbangsa karena sudah menjadi amanat oleh para ulama pendiri negeri ini. 

“Kalau belakangan ada yang ngaku-ngaku ulama, tetapi suka memanfaatkan isu sektarian untuk politik kekuasaan, apakah orang seperti itu merupakah ulama yang diteladankan oleh para ulama terdahulu? Tentu saja tidak!" tandas Ajengan Mimih.

Acara tersebut dihadiri oleh ribuan jamaah NU serta diramaikan dengan atraksi Banser, lomba paduan suara Fatayat, lomba cerdas cermat dan lomba baca kitab kuning. (Ali/Abdullah Alawi)