Lasem, NU Online
Wakil Katib Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah Ahmad Atabik angkat suara mengenai kasus pembakaran dengan sengaja sebuah bendera yang bertuliskan kalimat tauhid.
Atabik mengajak kepada seluruh masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi terhadap situasi saat ini. Biarkan ini menjadi pelajaran kita semua dan mendukung semua langkah yang dilakukan untuk berdialog dalam rangka perdamaian.
Hal tersebut disampaikan dihadapan puluhan anggota Ansor pada Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Lasem, Rembang, Kamis (25/10).
"Perbedaan itu biasa dan lumrah, maka sudahi provokasi, adu domba dan caci maki ini, bukankah kalian juga mengatakan, Kami juga menjaga NKRI. Mari, kita sama-sama merawatnya, menjaga ketenangan dan kedamaian di dalamnya." ajaknya.
Sebagaimana rilis yang diterima NU Online, Jumat (26/10) Dirinya menjelaskan bahwa peristiwa Garut tidak ada unsur dalam hati untuk menistakan kalimat tauhid. Kalimat tauhid bagi kalangan NU merupakan ruh dan menjadi rutinitas amaliah Nahdlatul Ulama.
"Bagi kita orang NU, kalimat tauhid itu untuk dibaca dan diamalkan. Setelah shalat jamaah itu kami wiridan ada di antaranya bacaan kalimat tauhid (tahlil), kita yang mengamalkan itu, sementara yg lain setelah salam banyak yg beranjak dari tempat duduknya tanpa membaca kalimat thoyibah itu," ujarnya.
Selaku Wakil Katib PWNU Jateng Ia juga menambahkan bahwa ada amalan lain yang kerap sekali dilakukan dan memuliakan kalimat Tauhid.
"Pada malam jumat, kita membiasakan tahlilan dan shalawatan, yang di dalamnya terdapat banyak kalimat thoyibah dan kalimat tauhid yang dibaca. Seringkali kita melakukan Istighotsah yang ada bacaan kalimah tauhid di dalamnya, kita mengamalkan itu." pungkasnya. (Red: Muis)