Daerah

Unsur Syiar Dibalik Musik Patrol

NU Online  ·  Senin, 13 Mei 2019 | 05:00 WIB

Unsur Syiar Dibalik Musik Patrol

Paniitia lomba musik patrol berpose bersama usai penutipan lomba di Lippo Plaza

Jember, NU Online
Lebel musik patrol sebagai musik pinggiran yang terkesan ndesit (hanya disukai warga desa) tak lagi berlaku. Paling tidak ini bisa dilihat dari perlakuan masyarakat Jember terhadap musik ‘pembangun’ tidur (untuk sahur) itu. Bahkan terkini musik patrol sudah masuk mal. Bertempat di Lippo Plaza, Jember lomba musik patrol digelar beberapa hari lalu, dan berakhir Ahad (12/5).

Menurut Wakil Ketua PCNU Jember, H Misbahus Salam, lomba hasil kerjasama BAZNAS Jember dan manajemen Lippo Plaza tersebut  membuktikan bahwa musik patrol kini tak lagi nestapa. Sebab, peminatnya lintas elemen, mulai dari desa hingga kota.

“Kita ingin kesenian yang berawal dari kampung dan desa ini dipromosikan menjadi seni perkotaan agar menjadi syiar Islam di bulan Ramadhan,” tukasnya saat memberikan sambutan.

Menurut Ketua BAZNAS Kabupaten Jember itu, musik patrol awalnya digagas oleh santri di mushalla-mushalla guna membangunkan warga untuk bersahur. Mereka berkeliling sambil memainkan musik agar warga terbangun.

“Jadi musik patrol ada unsur syiarnya. Dan ini wajib dilestarikan,” lanjutnya.

Sementara itu, Bupati Jember, Faida dini hari (12/5) berbaur dengan masyarakat memainkan musik patrol di depan Pendopo Wahyawibawagraha. Keberbauran bupati wanita itu bersama masyarakat dalam ‘event’ musik patrol sebagai apresiasi terhadap masyarakat yang konsisten melestarikan musik khas Jember  tersebut.

 “Kita apresiasi, karena ini juga bagian dari menghibur, bagian dari membangunkan sahur, dan bagian melestarikan budaya kita,” tuturnya.

Musik patrol di Jember semakin mendapat tempat di hati masyarakat. Setiap menjelang akhir Ramadhan, digelar festival musik patrol yang melibatkan puluhan grup musik patrol di seluruh Jember. Mereka start di doble way Universitas Jember, berkeliling kota hingga finish di tempat strat. (Aryudi AR).