Daerah

Unwaha Kembangkan Bahan Bakar dari Limbah Tebu

NU Online  ·  Selasa, 7 Januari 2014 | 04:02 WIB

Jombang, NU Online
Universitas Wahab Hasbullah (Unwaha) Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, bertekad mengembangkan limbah tebu menjadi bahan bakar bio etanol. Hal ini diilhami dari banyaknya limbah pabrik gula di Kota Santri yang belum dimanfaatkan secara maksimal.
<>
Bahkan, untuk mewujudkan mimpi ini, Unwaha mengirimkan dosen dan mahasiswanya ke Yamagoci Uneversity Jepang untuk mendalami penilitian bio etanol.

”Kita ingin potensi sumber daya yang ada di Jombang ini bisa dimanfaatkan maksimal. Apalagi di sini memiliki dua pabrik gula yang limbahnya jika dikelola dengan bagus bisa sangat bermanfaat untuk kepentingan bersama,” ujar Rektor Unwaha Prof Anton Muhibbudin saat ditemui di kampusnya, Senin (6/1).

Anton mengaku, Jepang sendiri yang selama ini mengandalkan energi nuklir kini terus mengembangkan bahan bakar alternatif bio etanol. Alasannya, karena energi ini lebih aman dibanding nuklir.

“Karena itu bekerjasama dengan sana untuk melakukan penelitian ini, dan kita memiliki bahan baku yang sangat besar. Sedangkan mereka terkendala persoalan bahan baku,” ungkapnya.

Anton memperkirakan, setiap satu ton limbah tebu bisa menghasilkan sebesar 0,9 liter bahan bakar bio etanol.”Selama ini limbah tebu itu hanya diambil sebagian kecil oleh masyarakat untuk pupuk. Padahal masih banyak yang bisa digunakan untuk energi alternatif. Dan ini perlu terus dikembangkan,” paparnya.

Karenanya, pihak kampus mengirimkan tiga orang dosen dan satu mahasiswa ke kampus yang terletak di Negeri Sakura tersebut. "Bulan November kemarin kita mengirimkan dosen dan mahasiswa ke Jepang untuk melakukan penelitian bio etanol dari sampah tebu. Kita memang kerjasama dengan Yamagoci University," ujar profesor muda ini meyakinkan.

Untuk memperkuat kerjasama itu Unwaha mengaku sudah menjalin kerjasama dengan sejumlah PG (Pabrik Gula). Selain itu, kampus yang baru berdiri itu juga menyiapkan lahan untuk pratikum mahasiswa pertanian dengan kontrak lahan hingga ratusan hektar.

"Kalau pembuatan bio etanol dari sampah tebu ini terlaksana, maka kita bisa mendapatkan energi murah," pungkasnya seraya mengatakan, peluang itu bisa terpenuhi karena di Indonesia, bahan baku melimpah namun teknologinya masih rendah. (Muslim Abdurrahman/Mahbib)