Daerah

Usai Terpapar Corona, Ketua LAZISNU Banyuwangi: Corona bukan Aib

Rab, 17 Februari 2021 | 03:00 WIB

Usai Terpapar Corona, Ketua LAZISNU Banyuwangi: Corona bukan Aib

Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Amil Zakat, Infak, Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Banyuwangi, Jawa Timur, Imron Rosyadi. (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)

Banyuwangi, NU Online
Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Amil Zakat, Infak, Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Banyuwangi, Jawa Timur, Imron Rosyadi mengaku tak pernah mengira dirinya akan terpapar virus Corona. Sebab, ia sudah bertekad untuk mematuhi protokol kesehatan (prokes). Apalagi, selaku pengurus NU, Imron merasa punya kewajiban moral untuk memberi contoh yang kepada masyarakat terkait pencegahan virus yang mematikan itu.


“Namun akhirnya kena (Corona) juga,” ujarnya kepada NU Online di kediamannya, Kelurahan Pakis, Kecamatan/ Kabupaten Banyuwangi, Selasa (14/2).


Walaupun sudah berupaya semaksimal mungkin untuk mematuhi prokes, tapi Imron memiliki kegiatan yang cukup padat di luar rumah. Sehingga bisa jadi saat menghadiri pertemuan dan atau ikut kegiatan di masyarakat, prokesnya terabaikan.


“Bisa juga saya lalai mengenakan masker atau menjaga jarak misalnya, karena kalau sudah kumpul dengan orang-orang terkadang lupa Corona, atau bisa juga karena saya sering capai,” lanjutnya.


Awalnya, kata Imron, dirinya merasakan kondisi tubuhnya kurang sehat, yaitu sedikit batuk, flu, tenggorokan kering, dan badan terasa linu. Keadaan tersebut berlangsung satu minggu lamanya. Namun selama itu Imron tidak membiarkan tubuhnya linu begitu saja, tapi mendatangi dokter, dan  sempat disuntik, minum obat.


Positif terpapar corona
Setelah seminggu itu, kondisi tubuh Imron cukup sehat. Namun tubuhnya merasakan tanda-tanda yang mengarah kepada penyakit Corona, misalnya penciuman kurang berfungsi dan lidahnya juga tak bisa membedakan rasa. Karena itu, Imron memberanikan diri melakukan pemeriksaan swab di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Banyuwangi.


“Dan betul hasil swab, saya dinyatakan positif terkena visus Corona,” jelasnya.


Setelah terkonfirmasi positif Corona, Imron meminta izin kepada petugas untuk isolasi mandiri di rumahnya,  dan diizinkan oleh pihak Puskesmas setempat. Namun di hari kedua isolasi mandiri, kesehatan Imron menurun. Oleh Puskesmas disarankan untuk opname (isolasi) di rumah sakit, dan Imron mengiyakan karena kondisinya cukup lemas  dan mengalami kesulitan bernafas.


“Saya langsung dijemput dan dirawat sakit (RSUD Blambangan, Banyuwangi) sebagai pasien Corona,” ungkap Imron.
 

Selama dirawat di ruang isolasi rumah sakit, Imron tidak boleh dikunjungi oleh siapapun, termasuk keluarga. Ini yang agak menyiksa. Sebab, biasanya kalau orang sakit, keluarga selalu mendampingi. Namun ia merasa lega karena dirawat dengan baik dan profesional oleh perawat dan petugas medis. Mereka masuk ke ruang isolasi Imron cuma untuk keperluan pemeriksaan, pengobatan, dan sebagainya pada jam-jam tertentu saja, biasanya saat jam makan. Yaitu tiga kali sehari, kecuali ada keadaan darurat.


“Seandainya saya membutuhkan sesuatu, bilang kepada petugas pada saat petugas masuk ruangan dan apabila keluarga mengirimkan sesuatu, hanya akan diserahkan saat petugas masuk ruangan,” urainya.


Setelah diisolasi selama 6 hari di rumah sakit, kondisi Imron dinyatakan membaik,  dan diizinkan pulang, namun diharuskan melanjutkan isolasi mandiri di rumah selama 14 hari. Imron mematuhi saran petugas medis untuk isolasi mandiri lagi, dan tetap dipantau oleh Puskesmas berkoordinasi dengan dokter rumah sakit. Selama isolasi itu, Imron pernah dua kali melakukan kontrol cek kesehatan ke rumah sakit.


“Saat kontrol kedua, alhamdulillah paru-paru saya dinyatakan bersih dari Corona, dan saya diberi surat keterangan sehat, bebas dari Corona oleh rumah sakit tempat saya pernah menjalani isolasi,” terangnya.


Menderita Corona bukan Aib
Sekitar setengah bulan yang lalu, Imron ditelepon oleh temannya yang mengabarkan dia juga mengalami gejala-gejala sakit yang sama dengan dirinya, bahkan lebih parah. Imron menduga kemungkinan besar dia terpapar virus Corona, tapi tidak pernah melakukan swab. Namun mereka tidak terdengar melakukan isolasi di rumah sakit atau di manapun.


“Selidik punya selidik, ternyata dia memang tidak melakukan isolasi, tapi menurut pengakuannya, saat ada gejala awal seperti yang saya rasakan, dia memaksa banyak makan dan minum, ditambah minum obat dan vitamin, hingga akhirnya sembuh," kenangnya.


Imron menegaskan dirinya tidak malu menceritakan ini semua kepada publik. Sebab, menderita Corona bukan aib. Dikatakannya, banyak penderita Corona setelah sembuh masih menyembunyikan identitas penyakitnya. Bahkan tidak sedikit penderita Corona yang sembuh, dijauhi oleh masyarakat karena kemungkinan takut tertular.


“Tapi bagi saya tidak ada itu, buat apa malu.  Menderita Corona bukan aib. Saya justru ingin agar testimoni saya ini diketahui publik agar mereka bisa lebih waspada terhadap Corona,” tuturnya.


Ketua Takmir Masjid Nur Yasin Fatimah, Kelurahan Pakis, Kecamatan/Kabupaten Banyuwangi itu menegaskan bahwa Corona tak perlu ditakuti secara berlebihan, namun tetap harus waspada dalam arti mematuhi prokes. Sebab Corona bukan jenis penyakit yang tidak bisa disembuhkan asal disiplin mengikuti petunjuk petugas medis.


“Corona bisa dilawan dengan ketahanan tubuh, dan jika vaksin sudah ada untuk masyarakat umum tentu sangat baik,” pungkasnya.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin