Daerah

Waspada, Hindari Anak-anak dari Golongan Celana Cingkrang

Sel, 4 April 2017 | 13:02 WIB

Jepara, NU Online
Sebagai orang tua mesti hati-hati apalagi jika memasukkan anak-anaknya kuliah di luar daerah. Sebab jika si anak sudah masuk kampus, ia akan bertemu dengan kelompok yang model-model (aneh, red). Apalagi jika si anak sudah ikut golongan jenggot tebal dan celana cingkang.

“Panjenengan bisa memastikan kalau sudah meninggal kondisi njenengan tidak ada bedanya dengan celeng,” kata Kiai Syaifuddin Zuhri saat mengisi ceramah dalam Pengajian Umum dan Santunan Yatim yang diadakan Keluarga Mahasiswa Jepara Semarang (KMJS) Cabang UIN Walisongo di desa Tengguli Kecamatan Bangsri, Jepara, Ahad (2/4) malam.

Kenapa demikian? Pengasuh Pesantren Hidayatul Qulub Semarang itu mengatakan, lantaran anak yang sudah terjerumus ikut aliran tersebut tidak senang tahlil, manaqib, dan sejumlah tradisi nahdliyin yang lain. Sehingga, orang tua dibiarkan. Tidak didoakan sebagaimana tradisi nahdliyyin yang berlaku di masyarakat.

“Di Unisnu ada aliran yang seperti itu tidak?” tanya Kiai Syaifuddin kepada grup rebana Jamiyyah Muji Rasul (Jamuro) Unisnu Jepara yang turut mengiringi pengajian malam itu.

Kiai muda kelahiran Jepara ini berharap di kampus NU itu tidak ada kelompok yang disebutkannya. Di UIN Semarang, lanjut Pembina PMII Rayon Abdurrahman FITK, kelompok seperti ini banyak dijumpai.

Padahal, sambungnya, orang hidup itu harus melakukan mo limo. “Mauludan, manaqiban, mirengaken mauidlah, mangan, dan muleh,” sebut Kiai Syaifuddin dan disambut tawa ratusan jamaah yang memadati area pengajian.

Pengajian umum ini merupakan rangkaian kegiatan bakti sosial yang diadakan KMJS UIN Walisongo pada Jumat-Ahad (31/3-2/4) di desa Tengguli Kecamatan Bangsri, Jepara. Kegiatan diisi dengan even untuk anak sekolah juga untuk masyarakat umum. (Syaiful Mustaqim/Alhafiz K)