Daerah

Wujudkan Kemandirian Organisasi, Ansor Wotgalih Lumajang Dirikan Cafe

Ahad, 13 September 2020 | 02:00 WIB

Wujudkan Kemandirian Organisasi, Ansor Wotgalih Lumajang Dirikan Cafe

Cafe Ansor Wotgalih Lumajang. (Foto: NU Online/Aryudi)

Lumajang, NU Online 
Rohman, namanya. Ketua Ranting Pemuda Ansor Wotgalih, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur ini, cukup tinggi semangatnya untuk memajukan organisasi badan otonom NU tersebut.

 

Baginya, Ansor harus memberikan manfaat kepada masyarakat. Tanda eksistensi sebuah organisasi menurutnya adalah adanya kegiatan yang bermanfaat. Tanpa itu, sesungguhnya sebuah  organisasi sama dengan tidak ada.

 

Namun untuk menghidupkan organisasi, tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan.  Sebab, selain membutuhkan semangat, juga butuh biaya. Sebagai Ketua Ranting Ansor, Rohman pun merasa punya tanggung jawab untuk menggerakkan roda organisasi sekaligus memberikan manfaat kepada masyarakat.Rohman pun kemudian punya ide untuk membuat usaha, yaitu cafe. 

 

“Dengan bantuan teman-teman, maka cafe akhirnya berdiri Desember 2019,” ucapnya di Lumajang, Sabtu (12/9).

 

Meski cuma usaha cafe yang sederhana, tapi tetap saja membutuhkan biaya. Untungnya, beberapa anggota Ansor Ranting Wotgalih,  mempunyai keterampilan di bidang bangunan. Tiga orang di antaranya adalah tukang batu. Sehingga pembagunan cafe tidak banyak makan biaya karena mereka tidak menuntut upah alias gratis.

 

“Alhamdulillah biaya pembuatan cafe bisa ditekan. Semangat sahabat-sahabat untuk menghidupi organisasi patut dibanggakan,” jelasnya.

 

Alumnus Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Falah Assunniyah (STAIFAS) Kencong, Jember itu menambahkan, pihaknya memang memilih usaha cafe karena paling memungkinan dan biayanya sedikit. Kebetulan, lokasi cafe berada di dekat destinasi wisata religi, yaitu makam Mbah Drajat Trunojoyo.

 

“Segmen kami adalah peziarah dan masyarakat sekitar cafe,” tutur alumnus Pondok Pesantren Bustanul Ulum, Yosuwilangon, Kabupaten Lumajang itu. 

 

Ternyata cafe tersebut cukup ramai. Semua keuntungan masuk kas organisasi. Dari situlah  Ranting Ansor Wotgalih bisa bergerak, melakukan kegiatan sosial dan keagamaan. Misalnya, hari-hari besar Islam seperti maulid Nabi, Isa’ Mi’raj, dan sebagainya bisa dilaksanakan tanpa harus menarik sumbangan dari masyarakat. Tidak hanya itu, mereka juga bisa memperbaiki tempat parkir dan tempat wudlu di area makam Mbah Drajat Trunojoyo.

 

“Banyak sekali manfaatnya cafe itu. Soal pendanaan kegiatan tak begitu menjadi masalah,” ungkap Rohman.

 

Pria berusia 35 tahun itu mengaku bangga menjadi anggota Ansor lantaran ingin mengabdi kepada NU. Karena menyangkut nama NU,  maka marwah Ansor harus dijaga sebaik mungkin. Berkegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat adalah bagian dari upaya menjaga marwah Ansor. 

 

“Mari kita tunjukkan kepada masyarakat bahwa Ansor bermanfaat,” pungkas Rohman. 

 

Pewarta:  Aryudi A Razaq

​​​​​​​Editor: Muhammad Faizin