Opini

MTQ dan Lomba Kaligrafi di Tengah Terpaan Pandemi

Sel, 18 Agustus 2020 | 15:30 WIB

MTQ dan Lomba Kaligrafi di Tengah Terpaan Pandemi

Seorang peserta sedang mendekorasi karya kaligrafinya pada acara MTQ, Agustus 2020 di Bangka Belitung.

Pandemi Corona belum jelas waktu berakhirnya. Tapi, Kepulauan Bangka Belitung (Babel) sudah berani memeloporinya dengan membuka kegiatan MTQ Tingkat Provinsi, yaitu pada 5-11 Agustus 2020 di Pangkal Pinang.


"MTQ Angkatan Covid-20" ini berjalan smooth and perfect alias lancar dan mulus karena menjaga protokol kesehatan yang ketat. Dengan mengadaptasi kebiasaan baru, MTQ dilaksanakan wajhan bi wajhin, yakni secara tatap muka langsung antarpeserta tapi minus penonton.


MTQ tidak dibanjiri dengan membludaknya penonton dari masyarakat seperti biasanya karena panitia sengaja tidak mengundang mereka. Namun, rincian beritanya dikumandangkan via medsos dan spanduk-spanduk di kawasan.


Uniknya, lomba seluruh cabang (tilawah, qira'at, tahfizh, fahmil, syarhil, menulis makalah Al-Qur'an, dan khat/kaligrafi) diatur setiap hari untuk satu kabupaten/kota secara bergiliran. Setiap kafilah kabupaten/kota nginap di arena hanya semalam.


Mereka datang sore untuk verifikasi persyaratan peserta malam harinya. Besoknya mereka berlomba "sendirian" tanpa bersaing dengan kabupaten/kota lain sampai sore.


Mereka kemudian kembali lagi pulang ke daerahnya kecuali cabang fahmil dan syarhil Qur'an. kedua cabang ini dilombakan serentak di hari akhir karena peserta beregu dan harus “bertempur” dengan regu-regu lainnya secara langsung.


Adapun penjurian cabang khat/kaligrafi Al-Qur'an, meskipun lombanya jalan setiap hari untuk satu kabupaten/kota, disekaliguskan pada ujung waktu karena karya-karya itu harus disandingkan dan  diperbandingkan satu sama lain untuk memudahkan mencari peringkat ke-1, 2, 3, 4, 5, dan 6.


Saya benar merasakan asyiknya jadi juri lomba kaligrafi.


Meskipun dirundung ancaman Covid-19, Provinsi Babel mampu menunjukkan hasil MTQ yang berkualitas estetis. Karya-karya juara ke-1 kaligrafi, misalnya, selevel dengan "bangunan yang sudah jadi." Kesempurnaan huruf dan unsur rupanya matang. Namun, itu masih perlu dihaluskan dengan amaliyyatus shaqli (proses menggosok) sehingga terjalin kombinasi kreatif antara tulisan dan lukisannya.


Sebagaimana "rumah yang baru jadi," karya lomba harus dihaluskan lagi dan dicanteli aksesorisnya supaya ready for use alias "siap pakai" (pada MTQ Nasional mendatang).


Menggosok atau menghaluskan karya yang sesuai dengan prinsip-prinsip desain wajib dipenuhi untuk mencapai derajat taufiyah (selaras, harmonis), ikmal (sempurna, perfect), itmam (tuntas, unity), isyba' (paralel, proporsi), dan irsal (lancar, berirama, dan smooth).


Semuanya diraih dengan latihan-latihan yang keras dan kontinyu:


Aya mujidal khath, alaika bi katsratit tadrib


Artinya, "Wahai orang yang mempercantik kaligrafi, hendaknya engkau banyak latihan."


Yang jelas, Babel dengan beraninya di tengah ancaman Corona tampil dengan terobosan heroiknya yang mengesankan. Pada waktu bersamaan beberapa daerah membatalkan dan mengurungkan MTQ-nya karena tidak berani mengambil risiko.


Yang baru jalan Banten, nyusul Jabar September.


Penulis: Didin Sirojuddin AR

Editor: Alhafiz Kurniawan